Selasa, 14/05/2024 10:45 WIB

Percepat Penurunan Stunting, BKKBN Gandeng BP4 Jawa Tengah

Pada 2020 angka perceraian di Jawa Tengah mencapai 37 persen atau dengan kata lain dari 100 pasangan yang menikah 37 pasan bercerai. Di tahun yang sama angka dispensasi pernikahan anak di Jawa Tengah juga sangat tinggi, yaitu sekitar 12 ribu.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyaksikan penandatanganan BKKBN Jawa Tengah dengan BP4 Jawa Tengah dalam rangka Percepatan Penerunan Stunting, Semarang, Semarang, 17 Desember 2021. (Foto: Supianto/Jurnas.com)

SEMARANG, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan nota kesepahaman (MoU) dengan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) untuk mempercepat penurunan stunting.

MoU tersebut ditandatangani Kepala BKKBN Jawa Tengah, Widwiono dan Ketua BP4, Nur Khoirin disaksikan Kepala BKKBN Pusat, Hasto Wardoyo di Metro Park View Hotel, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (17/12).

Khoirin menjelaskan, pada 2020 angka perceraian di Jawa Tengah mencapai 37 persen atau dengan kata lain dari 100 pasangan yang menikah 37 pasan bercerai. Di tahun yang sama angka dispensasi pernikahan anak di Jawa Tengah juga sangat tinggi, yaitu sekitar 12 ribu.

"Dari 11 ribu sekian 73 persen yang mengajukan calon pengantin perempuan umurnya kurang 19 tahun dan rata-rata sudah hamil terlebih dahulu. Yang nikah umurnya normal juga sudah hamil terlebih dahulu juga cukup tinggi. Jadi, kondisi ini sangat memprihatikan," kata dia.

Karena itu, Khoirin mengatakan, BP4 berikhtiar ke depannya untuk melakukan edukasi, pendampingan, dan mediasi agar tujuan melestarikan keluarga sebagai tujuan perkawinan bisa terwujud di Jawa Tengah.

Sementara itu, Hasto mengatakan bahwa untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah menghadapi tantangan yang besar.

"Saya percaya, perceraian sejak tahun 2017 sampai sekarang terus meningkat. Saya percaya, 37 persen perceraian di Jawa Tengah dan hampir 75 persen perceraian itu atas usulan dari istri," kata Hasto.

Disebutkan Hasto bahwa saat ini berkembang toxic people, toxic relationship, toxic friendship dimana remaja mengalami gangguan mental emosional meningkat mencapai 9,8 persen.

Tahun 2013, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan setiap 100 remaja, yang mengalamai ganguan mental sebanyak 6,1 persen. Kemudian tahun 2018, Riskesdas menunjukkan 9,8 persen remaja mengalami gangguan mental emotional disorder.

"Orang yang mental emotional disorder ketemu dengan mental emotional disorder hampir pasti cerai. Orang waras ketemu orang dengan mental emotional disorder sudah pasti kacau," kata Hasto.

Terkait hal ini, Hasto pun menceritakan pengalamannya saat menjadi ketua program studi pendidikan dokter spesialis kebidanan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) selama tujuh tahun.

"Saya sebelumnya sering ndak percaya, tapi saya punya pengalaman tidak bisa saya abaikan. Waktu itu setiap saya menerima calon-calon dokter spesialis dari 100 orang yang eror tujuh orang," ungkap dia.

Karena itulah, Hasto mengungkapkan rasa senangnya karena bisa bekerja sama dengna BP4 dalam membina calon pengatin dan pengantin lama agar punya ketahanan keluarga.

"BKKBN tugasnya cuman dua yaitu  pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Alhamdulillah Jawa Timur dan Jawa Tengah ini sudah bagus. Sehingga fokus Jawa Timur dan Jawa Tengah  kualitas SDM," kata dia.

Hasto juga mengingatkan risiko anak yang menikah muda. Selain alat reproduksi yang memang belum siap, panggul seorang anak perempuan yang belum mencapai umur 20 tahun ke atas masih sangat kecil.

Menurut Hasto, Allah menciptakan diameter tengah panggul perempuan 10 cm. Diameter tersebut baru sempurna saat usia 20 tahun. Walaupun di bawah usia tersebut, ada yang sudah 10 cm tetapi lebih banyak yang belum 10 cm.

Lebih lanjut Hasto menyebutkan, diameter kepala bayi diciptaka pas dengan ukuran panggul perempuan yaitu 9,8 atau 9,9. Tidak pernah kurang 9,7 dan tidak pernah lebih 9,9. Jika ada bayi yang diameter kepalanya lebih dari 10 cm pasti ada kelainan.

"Oleh karena itu, hamil di atas 19 tahun bagus sekali. Hamil yang bagus jangan terlalu muda, sering, dan tua," kata Hasto, yang juga dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

KEYWORD :

Percepat Penurunan Stunting BKKBN Hasto Wardoyo BP4 Jawa Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :