Sabtu, 27/04/2024 01:32 WIB

Anggota DPR: Sistem Pemilu Proporsional Tertutup Lebih Cocok Diterapkan di Indonesia

Untuk menerapkan sistem proporsional tertutup, menurut Zulfikar, perlu ada beberapa perubahan. Pertama internal partai politik melakukan demokratisasi. Kedua, publik perlu dilibatkan dalam rangka menentukan calon-calon legislatifnya.

Angggota Komisi II DPR RI, Zulfikar Arse Sadikin. (Foto: Jurnas.com)

Jakarnya, Jurnas.com - Anggota Komisi II DPR RI Zulfikar Arse Sadikin menilai sistem Pemilu proporsional tertutup lebih cocok untuk diterapkan dalam Pemilu serentak yang akan digelar Indonesia.

Pasalnya, lanjut Zulfikar, dengan sistem Pemilu tertutup ini akan memudahkan pemilih yang tidak perlu banyak melihat surat suara.

"Secara teoritik (sistem) tertutup itu lebih kompatibel dengan keserentakan pemilu," katanya dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Media Center Parlemen Senayan Jakarta, Kamis, (4/11).

"Kalau itu nanti tertutup lebih enak, memudahkan pemilih, selain kompatibel, pemilih nanti surat suaranya tinggal satu aja," jelas Zulfikar.

Dengan disederhanakan surat suara, kata Zulfikar, juga akan membuat Pemilu semakin murah.

"Kalau surat suaranya dijadikan satu, itu bisa semakin murah. Itu kalau dari dari sisi teoritiknya," ujarnya.

Hanya saja, sistem proporsional tertutup membuat masyarakat memilih wakilnya ibarat membeli kucing dalam karung.

"Dari sisi pengalaman, kita dulu pernah tertutup tapi apa hasilnya, kita sederhanakan istilah yang sering kita dengar bagai memilih kucing dalam karung," terangnya.

Untuk menerapkan sistem proporsional tertutup, menurut Zulfikar, perlu ada beberapa perubahan. Pertama internal partai politik melakukan demokratisasi. Kedua, publik perlu dilibatkan dalam rangka menentukan calon-calon legislatifnya.

"Secara permanen melibatkan partisipasi publik, keterlibatan masyarakat, konstituen dalam ikut menentukan calon-calon eksekutif, calon-calon legislatif itu termasuk diluncurkan apa yang menjadi kebijakan itu ada," ungkap Zulfikar.

Lebih lanjut, dia menilai paling penting adalah memperbaiki sistem rekrutmen partai politik. Ia mendorong tidak adalah politik uang.

"Jangan sampai ada lagi nanti atas dasar kuasa, atas dasar uang, atas dasar darah di dalam rekrutmen itu. Jadi melibatkan konstituen di bawah, bottom up, tetapi kita ga yakin juga, aktornya diperbaiki dulu, untuk kita tetap bisa memberikan apa namanya sistem ini terbuka begitu, aktornya harus diperbaiki," tutupnya.

KEYWORD :

Warta DPR Dialektika Demokrasi Komisi II DPR Zulfikar Arse Sadikin Pemilu Sistem Proporsional T




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :