Sabtu, 27/04/2024 01:04 WIB

BKKBN Fokus di Hulu Cegah Bayi Stunting

Artinya, dalam kurang waktu tiga tahun ke depan, angka stunting yang harus diturunkan sebesar 11 persen.

Biro Umum dan Humas BKKBN, Putut Riyanto, Bogor, Selasa 19 Oktober 2021. Foto; Supianto/Jurnas.com

BOGOR, Jurnas.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menyusun langkah dan strategi untuk memangkas angka stunting usai diterbitkannya Perpres No. 72 Tahun 2021 per tanggal 5 Agustus 2021.

"Satu hal yang menjadi tugas BKKBN saat ini, yang tentu juga menjadi tantangan ke depan yaitu penurunan angka stunting di Indonesia," kata Biro Umum dan Humas BKKBN, Putut Riyanto, Bogor, Selasa (19/10).

Pemerintah menargetkan angka stunting diturunkan menjadi 14 persen pada 2024, dari 27,6 persen pada tahun 2019. Artinya, dalam kurang waktu tiga tahun ke depan, angka stunting yang harus diturunkan sebesar 11 persen.

"Karena itu, peran media sangat penting dalam rangka menyebarluaskan kepada khalayak masyarakat, terutama bagaimana pentingnya menjaga kesehatan sehingga bisa menurunkan stunting," kata Riyanto.

Riyanto mengatakan, saat ini BKKBN akan melalukan langkah dan strategi di sektor hulu dalam rangka menurunkan angka stunting. Hal ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya, yang lebih banyak menangani stunting pada kasus yang sudah terjadi.

"Setelah Perpres No. 72 Tahun 2021 dikeluarkan, BKKBN akan melalukan langkah dan strategi di sektor hulu. Jadi, calon pengantin sebelum menikah harus betul-betul mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi," kata Royanto.

Tiga bulan menjelang pernikahan, kata Riyanto, calon pengantin harus mendaftarkan diri melaui program Elsimil. Khusus calon pengantin perempuan, harus memeriksa hemoglobin (hb), mengukur tinggi badan, mengukur berat badan, dan lingkar lengan.

"Umumnya calon pengantin kita justru calon pengantin kita ini praweddingnya yang besar-besaran tapi prakonsepsinya tidak pernah dipikirkan. Prewedingnya sampai habis 10 juta, tapi memeriksakan hb-nya hanya 15 ribu itu susah banget atau bahkan tidak pernah," ujarnya.

"Nah ini harapannya, sebelum menikah sudah dipastikan kondisi ibu dalam keadaan sehat. Artinya tidak kena amenia, tingginya cukup, dan beratnya. Karena kalau terlalu kurus atau terlalu berat juga berpotensi terjadinyanya kelainan pada bayi yang akan dilahirkan," sambungnya.

Selain itu, BKKBN juga akan melakukan pengawalan saat ibu hamil. Ke depan akan ada tiga yang akan mendampingi ibu hamil, yaitu kader, PKK, dan bidan. Pendamping ini akan direkrut BKKBN sekitar 600 ribu orang atau 200 ribu tim.

Setelah sudah bersalin, lanjut Riyanto, tiga pengawal tersebut masih akan tetap mendampingi sang ibu sampai usia bayi 24 bulan (balita). "Saat yang paling ideal untuk mengisi otak bayi itu di bawah dua tahun. Karena itu, bayi harus mendapatkan asupan gizi yang cukup. Salah satunya, Asi eksklusif," ujarnya.

KEYWORD :

BKKBN Cegah Bayi Stunting Putut Riyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :