Sabtu, 27/04/2024 10:17 WIB

Kenali Personalised Medicine Dalam Kanker Kolorektal

Salah satu yang dikembangkan dalam KKR selain kemoterapi dan imunoterapi, yaitu personalised medicine dengan tujuan memberikan ketahanan hidup yang lebih panjang bagi pasien kanker kolorektal yang bermetastasis.

Ilustrasi sakit pada bagian perut (foto:kompas)

Jakarta, Jurnas.com –  Saat ini terapi untuk kanker telah berkembang dengan sangat pesat baik dalam diagnosis maupun pengobatan, tentu saja termasuk juga dengan Kanker Kolorektal (KKR).

Salah satu yang dikembangkan dalam KKR selain kemoterapi dan imunoterapi, yaitu personalised medicine dengan tujuan memberikan ketahanan hidup yang lebih panjang bagi pasien kanker kolorektal yang bermetastasis.

Faktor penyebab KKR yaitu sekitar 70% kasus KKR dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk kebiasaan makan, aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol. Sekitar 25% dari kasus KKR memiliki kecenderungan genetik, dan 5% dari pasien KKR memiliki faktor keturunan yang terkait dengannya perkembangannya.

Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat. Data WHO memperkirakan ada 1.849.518 kasus baru KKR dan 880.792 kematian terkait KKR pada tahun 2018.

Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUI-RSCM menjelaskan, pengobatan kanker saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan dalam teknologi kedokteran, baik bidang diagnosis maupun pengobatan.

Pengobatan KKR dapat dibagi menjadi tiga klasifikasi pengobatan, yaitu pengobatan pada kondisi lokal (awal), lokal lanjut (menengah), dan metastasis (lanjut). Kondisi lokal dan lokal lanjut ini didekati melalui tindakan operasi, dilanjutkan dengan kemoterapi tambahan atau pada kanker rectum juga ditambahkan radioterapi atau penyinaran. Sedangkan pada kondisi metastasis, didekati melalui tindakan kemoterapi sebagai pengobatan utama dan operasi hanya dilakukan pada kondisi penyebaran kanker di satu lokasi” ujar Dr. Ikhwan pada Virtual Media Briefing, Selasa (26/1).

Dalam dekade terakhir ini, kemoterapi bukan satu-satunya obat yang diberikan untuk pasien kanker kolorektal stadium lanjut. Muncul obat-obatan lain yang dikelompokkan dalam terapi target sebagai tambahan pada kemoterapi yang diberikan untuk menambah efektifitas pengobatan yang pada akhirnya diharapkan memperpanjang ketahanan hidup pasien kolorektal yang sudah bermetastasis jauh.

Pasien kanker kolorektal yang sudah bermetastasis jauh semestinya mendapatkan pengobatan dalam rangka paliatif dan memperpanjang ketahanan hidup yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia kedokteran berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan berbagai obat yang dapat mencapai tujuan tersebut,” terangnya.

“Personalised medicine pada kanker kolorektal telah memberikan ketahanan hidup yang lebih panjang bagi pasien kanker kolorektal yang bermetastasis. Sayangnya obat-obatan ini masih mahal harganya dan belum bisa dijangkau oleh sebagian besar pasien kanker kolorektal.

Meskipun demikian, pengetahuan tentang hal ini perlu menjadi pengetahuan masyarakat agar mengerti perkembangan pengobatan kanker yang sudah semakin canggih saat ini dan tidak berpaling ke pengobatan kanker  yang lain yang bukan  didasarkan atas ilmu pengetahuan kedokteran yang valid,” lanjutnya.

“Pembuatan obat kanker merupakan proses panjang penelitian dimulai dari  laboratorium dan juga penelitian. Proses tersebut harus melalui uji etik penelitian oleh lembaga yang kredibel sesuai deklarasi Helsinki. Kesemuanya adalah demi keselamatan, keamanan pasien dalam pengobatan serta untuk mendapatkan hasil maksimal. Akhirnya, harga merupakan akibat logis  dari pembuatan obat kanker yang melalui penelitian yang panjang,” tutup Dr. Ikhwan.   

KEYWORD :

Kanker Kolorektal Pengobatan KKR




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :