Jum'at, 26/04/2024 14:09 WIB

Ini Kelebihan dan Kekurangan Budidaya Bawang Merah Menggunakan Metode TSS

Pengembangan bawang merah menggunakan medote TSS membutuhkan usaha lebih karena waktunya yang relatif lebih panjang dibandingkan menggunakan umbi, yaitu 1,5-2 bulan.

Bawang merah (Foto: Supi/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Budidaya bawang merah asal biji (TSS) kembali digaungkan karena bawang merah yang seharusnya untuk benih beralih ke pasar konsumsi. Akibatnya, kebutuhan bawang merah untuk benih pun langka dan sangat mahal.

"Saya catat rata-rata harganya sudah di atas Rp70 ribu. Ini sesuatu yang sangat luar biasa karena sampai semahal ini per kg-nya," ujar Direktur Jenderal Hortikultura (Dirjen Hortikultura), Prihasto Setyanto pada acara Virtual Literacy "Raup Untung dengan Budidaya Bawang Merah Asal Biji/TSS" di Jakarta, Kamis (25/6). 

TSS merupakan salah satu solusi agar kebutuhan benih bisa tercukupi sepanjang tahun. Meksipun, pengembangan bawang merah menggunakan medote TSS membutuhkan usaha lebih karena waktunya yang relatif lebih panjang dibandingkan menggunakan umbi, yaitu 1,5-2 bulan.

"Namun demikian saya melihat ada satu keunggulan lainnya. Jadi penggunaan benih TSS ini produksinya lebih tinggi dibanding menggunakan umbi," kata pria yang biasa disapa Anton itu.

Anton menceritakan, pernah ke daerah perbatasan di kabupaten Malaka. Di sana, ia menanam bawang merah karena belum pernah ada petani yang menanam bawang merah.

"Kami saat itu menggunakan metode TSS. Cara penanamannya masih sangat sederhana sekali, jadi benihnya hanya di tabur tanpa di semaikan dulu, tapi karena tanahnya subur, hanya menggunakan pupuk kandang sekitar 7-10 ton itu bisa menghasilkan sekitar 20 ton per hektare dan hasilnya besar-besar," ujar Anton.

"Saking besarnya, per kg hanya berisi sekitar 18-20 umbi. Jadi, lebi mirip bawang bombay merah. Artinya ada satu acuan tips sendiri, walaupun waktunya lebih lama, tapi produksinya cukup tinggi," sambungnya.

Selanjutnya, dari segi biaya, menanam bawang merah menggunkan metode TSS jauh lebih rendah. "Memang semua ada plus minusnya. Plus minus inilah yang menjadi pertimbangan bapak ibu semua dalam melakukan budidaya bawang merah" kata Anton.

"Saya sih mengimbau untuk membudidayakan bawang merah menggunakan TSS ini kalau misalnya petani agak males dengan membuat persemaian dulu, coba bangun penangkar yang bisa menjual umbi mini," sambungnya.

Anton juga mengatakan, saat ini sudah mulai banyak yang tumbuh di beberapa kabupaten penangkar untuk umbi mini. "Ini juga salah satu upaya untuk mempercepat proses budidaya bawang merah di lapangan," katanya.

Karena itu, Anton pun harapkan teknologi yang tepat guna, mudah di implementasikan dan diaplikasikan juga bisa dimanfaatkan masayarakat secara luas. "Kita hitung tingkat kegagalannya juga lebih rendah, di bawah 2%," tegasnya.

KEYWORD :

Budidaya Bawang Merah Prihasto Setyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :