Sabtu, 27/04/2024 04:20 WIB

Iran Berharap Ada Inisiatif Baru Eropa Cabut Sanksi Ilegal AS

Keduanya juga menekankan bahwa Teheran dan Wina siap untuk berbagi pengalaman mereka dan memperkuat kerja sama bersama mereka untuk tujuan itu.

Presiden Iran, Hassan Rouhani berpidato di pertemuan para gubernur dan kepala pemerintah provinsi di Teheran pada 27 Januari 2020. (Foto: president.ir)

Teheran, Jurnas.com - Pemerintah Iran dan Austria menyatakan menentang sanksi Amerika Serikat (AS) yang terus berlangsung. Keduanya menyebut sanksi itu menghambat pasokan medis yang diperlukan untuk memerangi pandemi virus corona baru yang mencengkeram dunia.

Lewat sambungnya telepon pada Rabu (6/5), Presiden Iran, Hassan Rouhani dan Wakil Presiden Austria, Alexander Van der Bellen menekankan perlunya kerja sama internasional yang komprehensif untuk memerangi pandemi virus corona.

Keduanya juga menekankan bahwa Teheran dan Wina siap untuk berbagi pengalaman mereka dan memperkuat kerja sama bersama mereka untuk tujuan itu.

Meskipun kondisi sulit saat ini di tengah perang melawan COVID-19, Rouhani mengatakan, AS terus maju dengan sanksi yang menghambat upaya Iran untuk memenuhi kebutuhan farmasi dan medisnya.

"Pemerintah AS sangat menentang bahkan meminjam uang dari Dana Moneter Internasional untuk memerangi virus," ujar Rouhani.

"Kegiatan Eropa sangat penting untuk bagaimana menghadapi pandemi ini, membantu negara-negara dan mengakhiri sanksi ilegal (AS), dan saya berharap kita akan melihat langkah dan inisiatif baru di pihak Eropa," sambungnya.

Menurut Rouhani, di tengah wabah global virus corona saat ini, semua upaya harus difokuskan pada pencabutan sanksi, menyelesaikan perbedaan dan mengakhiri konflik.

Rouhani mengatakan, Iran mencari perdamaian dan stabilitas di kawasan itu dan mengharapkan Eropa untuk menekan rezim Israel untuk menghentikan tindakan agresi terhadap Suriah, Lebanon dan Jalur Gaza.

Mengacu pada perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara besar dunia, Rouhani mengatakan, Uni Eropa harus mengambil sikap yang lebih serius sehubungan dengan komitmennya terhadap isu-isu internasional dan kesepakatan, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Iran, salah satu negara Timur Tengah yang paling terpukul oleh pandemi virus corona, yang berhasil menekan virus mematikan meskipun kesulitan yang disebabkan oleh sanksi AS.

Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump tidak hanya menentang seruan internasional dalam beberapa pekan terakhir untuk menghentikan sanksi kejam, tapi justru meningkatkan tindakan yang lebih ketat terhadap Republik Islam.

Washington memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran pada Mei 2018 setelah secara sepihak menarik diri dari JCPOA yang telah disahkan oleh Dewan Keamanan PBB.

Pada bagiannya,  Alexander Van der Bellen mengatakan negaranya dan UE menentang sanksi AS terhadap Iran dan akan melanjutkan kerja sama mereka dengan Teheran.

"Kami berusaha meningkatkan hubungan antara Iran dan Eropa tanpa dipengaruhi oleh Amerika Serikat," katanya, menekankan bahwa tindakan AS itu bertentangan dengan perjanjian dan hukum internasional.

Ia juga menggarisbawahi minat negaranya dalam memperluas kerja sama dengan Iran dalam perang melawan virus corona.

Kedua presiden juga menekankan perlunya memperkuat INSTEX, saluran pembayaran langsung non-dolar yang secara resmi disebut Instrumen untuk Mendukung Pertukaran Perdagangan - yang bertujuan untuk menjaga perdagangan antara Iran dan Eropa dalam menghadapi sanksi AS.

KEYWORD :

Sanksi Amerika Serikat Pandemi COVID-19 Hassan Rouhani Donald Trump




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :