Sabtu, 27/04/2024 06:10 WIB

AS Tuding China "Merampok" Data Hotel Marriott

Para penyelidik AS mencurigai para peretas itu bekerja atas nama Kementerian Keamanan Negara Tiongkok.

Marriott belum mengomentari identitas peretas (Foto: China Stringer Network/Reuters)

Washington - Pemerintah Amerika Serikat (AS)  menyalahkan Tiongkok atas peretasan jaringan Hotel Marriott internasional, kelompok perhotelan terbesar di dunia dan data dari  sekitar 500 juta tamu-tamu mereka.

Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo mengatakan kepada Fox News, AS percaya China mendalangi peretasan, termasuk pencurian kartu kredit dan nomor paspor selama periode empat tahun dari tamu yang menginap di hotel Starwood, brand yang dibeli Marriott pada 2016.

"Mereka telah melakukan serangan cyber di seluruh dunia," kata Pompeo dalam program Fox & Fox Fox.

"Kami menganggap mereka sebagai pesaing strategis," tambahnya, mengacu pada China, ekonomi terbesar kedua di dunia.

"Mereka mengambil tindakan di Laut Cina Selatan. Mereka melakukan operasi spionase (Mata-mata, Red) dan pengaruh di sini di Amerika Serikat," sambungnya.

Para penyelidik AS mencurigai para peretas itu bekerja atas nama Kementerian Keamanan Negara Tiongkok. Seorang pejabat yang mengetahui informasi itu meminta tidak disebutkan namanya kepada kantor berita Associated Press.

Pejabat itu mengatakan para penyelidik sangat prihatin tentang pelanggaran data karena Marriott sering digunakan oleh militer AS dan lembaga pemerintah.

Kecurigaan AS terhadap keterlibatan China dalam pencurian Marriott terjadi di tengah meningkatnya persaingan antara kedua negara atas perdagangan, geopolitik dan teknologi meski upaya yang terus menerus untuk mencapai gencatan senjata.

KEYWORD :

Hotel Marriott China Amerika Serikat Perang Dagang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :