Tren Forecasting bisa menjadi rujukan bagi para pelaku ekonomi kreatif (Foto: Instagram/Sofie)
Jakarta - Badan Ekonomi Kreatif melalui Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan kembali meluncurkan hasil riset bertajuk Trend Forecast 2019/2020.
Ada yang berbeda, pada tahun kedua peluncuran trend forecast yang dikomando oleh Bekraf ini. Jika sebelumnya berbentuk buku, tahun ini dikemas dalam bentuk portal.
Menurut Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Persik pihaknya mencoba memperkuat ekosistem desain dan ekonomi kreatif melalui penyebaran trend forecast yang lebih masif. "Ke depan portal ini akan berfungsi sebagai wadah bagi desainer termasuk fashion desainer untuk berinteraksi satu sama lain," ucapnya.
Tema besar trend forecasting kali ini adalah Singularity yang terinspirasi dari paradoks terbesar abad ke-21 dengan beberapa pertanyaan yang mendasari, misalnya apakah eksistensi kita akan terhapus oleh mesin atau justru keberadaan mesin tersebut akan memperbaiki eksistensi kita menjadi manusia super.
Penyusunan trend forecast 2019/2020 ini melalui proses yang panjang. Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan, Abdur Rohim Boy Betawi mengatakan pengumpulan data dilakukan baik langsung dari lapangam, menyullok dari berbagai sumber, dan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan metode data Crawling.
"Demi hasil yang lebih akurat, serangkaian diskusi kelompok terpimpin dengan para ahli juga dilakukan secara intensif,` ucapnya di Jakarta, Kamis (27/9).
Trend forecasting diharapkan bisa menjadi rujukan bagi pelaku industri, desainer, maupun akademisi bidang desain yang selama ini kesulitan mendapat referensi trend dalam negeri. Tren yang berisi panduan dan inspirasi dalam bentuk desain, warna, sketsa hingga selera pasar terkini.
Indikator jika tren masyarakat Indonesia pada ekonomi kreatif meningkat menurut Boy dilihat dari kontribusi pada perekonomian kreatif meningkat.
Hal itu bisa memunculkan sentimen positif pada produk lokal.
Trend Forecasting Fashion Ekonomi Kreatif Bekraf
