Jum'at, 26/04/2024 23:29 WIB

Pengamat : Komoditas Pertanian Rawan Mafia

Dillon sangat menyayangkan kondisi pasar komoditas pertanian yang banyak diintervensi mafia pangan.

Seminar nasional yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) di Pekanbaru, Sabtu (21/7)

Pekanbaru - Pengamat Ekonomi Pertanian, HS Dillon menilai program Kementerian Pertanian (Kementa) yang memperioritaskan pembangunan infrastruktur dan modernisasi pertanian perlu didukung semua pihak. Pasalnya, selama ini pemerintah lupa memajukan pertanian melalui pembangunan infrastruktur dan modernisasi.

"Baru pada periode pemerintahan ini infrastruktur dan mekanisasi untuk efisiensi produksi mulai dipikirkan," kata pria yang akrab disapa Dillon dalam seminar nasional `Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Bahan Pangan Lokal di Indonesia` yang digelar Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) di Pekanbaru, Sabtu (21/7).

Dillon menjelaskan pembangunan infrastruktur dan modernisasi saat ini sangat penting untuk petani kecil. Tetapi ia sangat menyayangkan kondisi pasar komoditas pertanian yang banyak diintervensi mafia pangan.

"Pasar masih dikuasai kartel dan mafia yang cenderung menginginkan impor agar mendapatkan keuntungan yang besar," ujarnya.

"Ekonomi pasar kita sudah diintervensi berbagai kepentingan sehingga rakyat dikorbankan. Dalam sektor pertanian banyak yang berkepentingan untuk mendapatkan keuntungan impor komoditas pangan dan ingin Indonesia tergantung terhadap produk pangan Impor," sambungnya.

Oleh karenanya, Dillon meminta masyarakat paham tentang kondisi pasar Indonesia yang dikuasai kartel dan mafia. Semua masyarakat harus paham bahwa liberalisasi perdagangan harus disikapi dengan hati-hati.

"Termasuk di sektor pangan untuk menjaga kedaulatan pangan. Potensi pangan lokal kita perlu dikembangan dengan melihat spesifikasi wilayah," ujarnya.

Di forum yang sama, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan, Kuntoro Boga Andri mengungkapkan capaian kebijakan pertanian selama empat tahun sangat membanggakan.

Dari data BPS, produksi pertanian 2017 Rp1.344 triliun naik Rp350 triliun dari 2013 dan nilai ekspor 2017 Rp441 triliun naik 24 persen dari 2016 yang hanya Rp355 triliun.

Pada Mei lalu, BPS melirilis  angka kenaikan nilai ekspor komoditas pertanian mencapai USD298,5 juta atau tumbuh 6,11 persen (month to month) dan 7,38 persen (year on year). Tahun ini, Kementan menargetkan ekspor jagung sebanyak 500.000 ton.

"Selain ekspor, investasi pertanian 2017 sebesar Rp45,90 triliun, atau naik 14persen per tahun dari tahun 2013 hingga 2017. Peningkatan nilai investasi ini tak lepas dari kebijakan Menteri Pertanian Mentan Andi Amran Sulaiman yang mencabut 50 permentan dan menyederhanakan 15 permentan menjadi 1 permentan," kata Kuntoro Boga.

KEYWORD :

Kementan HS Dillon Kuntoro Boga Andri




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :