Sabtu, 27/04/2024 10:20 WIB

AS Ingatan Negara Lain Tak Beli Minyak dari Iran

Pada Senin, para pedagang berkumpul di luar parlemen  mengeluh tentang penurunan tajam nilai mata uang nasional. Kemudian pada Selasa sejumlah penjaga toko dan pedagang menutup bisnisnya. Grand Bazaar Teheran pun demikian.

Presiden AS Donald Trump berbicara saat upacara penanaman pohon dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di South Lawn Gedung Putih di Washington (23/4). (Foto: Reuters)

Washington -  Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperingatkan agar negara lain segera berhenti membeli minyak Iran sebelum 4 November atau menghadapi babak baru sanksi Amerika.

Negeri Paman Sam akan mulai menerapkan  hukuman ekonomi di Teheran beberapa bulan mendatang setelah Donald Trump keluar dari pernjanjian nuklir Iran 2015.

Pada Senin, para pedagang berkumpul di luar parlemen mengeluh tentang penurunan tajam nilai mata uang nasional. Kemudian pada Selasa sejumlah penjaga toko dan pedagang menutup bisnisnya. Grand Bazaar Teheran pun demikian.

Menurut Reuters, rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan para pemrotes membakar tempat sampah di jalan-jalan Teheran untuk memblokir polisi anti huru hara agar tidak menyerang mereka.

Selain itu sejumalah gambar juga menunjukkan pemilik toko mogok di kota-kota lain termasuk Arak, Shiraz dan Kermanshah.

Hari ketiga demonstrasi, Presiden Iran, Hassan Rouhani  meyakinkan bahwa negara itu dapat menahan tekanan keuangan dari sanksi baru AS. Ia mengatakan, pemerintah tidak terpengaruh dalam beberapa bulan terakhir, dan jatuhnya rial adalah hasil dari propaganda media asing.

"Bahkan dalam kasus terburuk, saya berjanji bahwa kebutuhan dasar orang Iran akan disediakan. Kami punya cukup gula, gandum, dan minyak goreng. Kami memiliki cukup mata uang asing untuk disuntikkan ke pasar," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi pemerintah.

Pada akhir Desember, demonstrasi besar tentang kurangnya peningkatan ekonomi menyebar ke lebih dari 80 kota dan kota-kota Iran. Setidaknya 25 orang tewas dalam kerusuhan, ekspresi ketidakpuasan publik terbesar dalam hampir satu dekade.

Demonstran awalnya melampiaskan kemarahan mereka atas harga tinggi dan dugaan korupsi, tetapi unjuk rasa itu mengambil dimensi politik yang langka, dengan semakin banyak yang menyerukan kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk mengundurkan diri.

Mereka juga meneriakkan pembelaan berlebihan terhadap operasi militer asing Iran di negara-negara seperti Suriah, sementara warga di Iran mati-matian memenuhi kebutuhan.

KEYWORD :

Iran Amerika Serikat kesepatan nuklir ekonomi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :