Sabtu, 27/04/2024 04:16 WIB

Opini

Wasit Memihak

Wasit memihak. Itulah peristiwa tak terlupakan yang mewarnaileg kedua perempat final Liga Champion Real Madrid versus Juventus dan Manchester City kontra Liverpool.

Muhammad Ridwan

Oleh : Muhammad Ridwan*

Wasit memihak. Itulah peristiwa tak terlupakan yang mewarnai leg kedua perempat final Liga Champion Real Madrid versus Juventus dan Manchester City kontra Liverpool.

Reaksi berlebihan Gianluigi Buffon menyororoti keputusan kontroversial wasit menyebabkan dirinya diganjar kartu merah. Kiper gaek ini meledak amarahnya menyusul hukuman pinalti yang diterima Juventus di penghujung laga.

Mungkin Buffon tidak akan melayangkan protes sekeras itu seandainya sisa waktu pertandingan masih panjang. Memasuki detik-detik terakhir, ada momen krusial yang tidak menguntungkan timnya. Buffon tidak sendirian mengejar wasit, pemain Juventus yang lain juga merangsek Michael Oliver. Mereka mendesak supaya keputusan kontroversial itu dianulir.

Bagi Buffon dan Juventus, aksi merebut bola Medhi Benatia yang menyebabkan Lucas Vazquez terjatuh tidak sepatutnya dianggap pelanggaran. Kontak bodi antara Benatia dan Lucaz tidak tergolong tindakan kasar. Kalau Lucaz terjatuh, itu bukan karena pergerakannya diganggu oleh Benatia, tapi itu murni aksi diving untuk mengelabui agar wasit menunjuk titik putih.

Aksi pengusiran juga menimpa Pep Guardiola. Pep meradang dan tidak bisa menahan emosi ketika gol Leory Sane dianuliroleh wasit. Di mata Pep, Sane tidak berada dalam posisi offside. Apalagi Sane bukan menerima umpan dari pemain The Citizen, dia justru memanfaatkan bola yang kurang diantisipasi denganbaik oleh James Milner. Seandainya gol Sane dianggap sah olehMateu Lahoz, Pep yakin situasi pertandingan akan berbeda. Liverpool akan berada dalam posisi tertekan dan sangat mungkin The Citezen bisa membalikkan keadaan.

Keputusan kontroversial dari seorang pengadil lapangan memang bagian dari bumbu-bumbu drama dalam dunia sepakbola. Kemenangan kadang bukan ditentukan oleh permainan itu sendiri. Kemenangan kadang dipengaruhi oleh keputusan wasit yang memihak. Wasit sendiri bukan pemain tapi dialah pemilik otoritas yang bisa mempengaruhi jalannya pertandingan.

Ada yang emosi, kesal, bahkan berujung pada tindakan anarkis menanggapi sebuah keputusan wasit yang kontroversial. Tapi ada pula kubu yang diam-diam senang dan mengucapkan terima kasih (dalam hati) ketika timnya diuntungkan oleh keputusan wasit.

Melakoni laga tandang di markas Santiago Bernabeu, Juventus tampil penuh percaya diri. Efek kemenangan AS Roma yang menggilas Barca dengan skor telak 3-0 menjadi suntikan mental berharga bagi Buffon dan rekan-rekan.

Juventus tidak gentar dengan markas Madrid yang terkenal angker. Meski La Vecchia Signora dihuni pemain veteran, tim tamu berhasil memperagakan permainan yang cepat dan efektif.

Pasukan Massimiliano Allegri ini tampil trengginas. Mereka sukses menuntaskan misi balas dendam dengan menyarangkan tiga gol ke jala Madrid. Penderitaan dan luka akibat dipermalukan Los Blancos di kandang sendiri bisa terobati.

Mengejar defisit tiga gol tentu bukan perkara mudah, apalagi yang dihadapi adalah Real Madrid yang terkenal punya DNA di Liga Champions. Tapi Juventus datang ke markas Bernabeu dengan kepala tegak. Militansi dan gairah memburu kemenangan begitu menggelora dalam skuad Si Nyoya Tua.

Dalam leg kedua ini, baik Juventus dan Madrid sebetulnya sama-sama timpang. Madrid kehilangan Sergio Ramos sebagai pilar utama pertahanan. Absennya Ramos akibat akumulasi kartu menjadi titik lemah yang sangat merugikan kubu tuan rumah.

Tidak ada pilihan lain bagi Zinedine Zidane selain menurunkan Jesus Vallejo untuk menggantikan posisi Ramos. Sekalipun minim jam, pemain muda berusia 21 tahun terpaksa diturunkan karena Nacho yang biasa langganan menjadi pemain pelapis tidak tampak di bangku cadangan.

Di kubu lawan, Juventus tidak diperkuat Paulo Dybala. Kekosongan gelandang serang ini diisi oleh Pjanic. Perbedaan yang sangat menonjol dari dua pemain pelapis ini adalah Pjanic membayar tuntas kepercayaan yang diberikan pelatih, sedangkan Vallejo menjadi tandem yang kurang ideal bagi Raphael Varane. Vallejo dan Varane kurang padu mengorganisir lini pertahanan.

Kelemahan di sektor belakang Madrid ini diperparah oleh ketidakdisiplinan Daniel Carvajal menjaga area yang menjadi tanggungjawabnya. Gol kilat Juventus pada menit kedua terjadi akibat kelalaian Carvajal menjaga pergerakan Mario Mandzukic. Gol kedua juga tercipta menyusul kekalahan Carvajal berduel di udara dengan Mario Mandzukic.

Para punggawa Bianconeri sangat yakin pertandingan akan dilanjutkan dengan babak tambahan (extra time). Mereka tidak punya firasat buruk sedikit pun bahwa skor agregat 3-3 akan berubah. Tapi keputusan kontroversial wasit di injury time mengubah segalanya. Juventus yang hampir sembuh dari luka kekalahan kembali menderita. Dengan sikap dingin tanpa kenal kompromi, Michael Oliver tetap menunjuk titik putih. Ronaldo sukses berperan sebagai eksekutor. Tendangan Ronaldo dari titik putih ini membuat Juventus gagal melangkah lebih jauh. Michael Oliver membuka jalan bagi Madrid untuk berlaga di semifinal Liga Champions, sementara bagi Juventus, kekalahan yang memicu kontroversi ini sungguh menyakitkan.

*Alumnus UIN Yogyakarta, pernah nyantri di An-Nuqayah dan Nurul Jadid.

KEYWORD :

Sepakbola Liga Champion 2018




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :