Rabu, 01/05/2024 19:48 WIB

Pengelolaan Diabetes dan Dislipidemia Dapat Menurunkan Risiko Komplikasi Penyakit Ini

Diabetes secara dramatis akan meningkatkan berbagai risiko berbagai masalah kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer.

Ilustrasi peralatan perawatan insulin (foto :orami.co.id)

Jakarta, Jurnas.com - Pengelolaan Diabetes dan Dislipidemia perlu mendapat perhatian khusus guna menurunkan risiko komplikasi kardiovaskular. Masyarakat dihimbau untuk mewaspadai hal ini dan segera berkonsultasi kepada dokter apabila menemukan gejala-gejala Diabetes dan Dislipidemia.

Diabetes secara dramatis akan meningkatkan berbagai risiko berbagai masalah kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer. Di lain pihak, pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, diabetes dan obesitas.

Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD, Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM menjelaskan, “Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kadar trigliserida serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL).”

Profil lipid merupakan tes kolesterol yang meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan Trigliserida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur jumlah kolesterol dan trigliserida dalam darah seseorang.

Pemeriksaan profil lipid rutin sangat dianjurkan pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner, Diabetes Mellitus, aterosklerosis pada pembuluh darah manapun, keadaan klinis yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular aterosklerotik.

Pasien dengan Diabetes memiliki peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular hingga 2-4 kali lipat dan peningkatan kematian 1,5 – 3,6 kali lipat kematian akibat komplikasi penyakit ini. Sebagian besar penyakit kardiovaskular pada diabetes diakibatkan penyakit kardiovaskular aterosklerotik yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada tahun 2016, yakni 35% dari seluruh kematian. Menurut penelitian Hussain dkk., penyebab terbanyak dari penyakit jantung koroner yang fatal di Indonesia pada laki-laki adalah merokok (28,0%), hipertensi (20,1%), kolesterol tinggi (7,7%), kelebihan berat badan (7,7%), dan diabetes (6,4%) sedangkan pada perempuan adalah hipertensi (24,1%), kolesterol tinggi (16,7%), kelebihan berat badan (12,1%), Diabetes (12,0%), dan merokok (1,3%).

Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD menjelaskan “Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, Diabetes dan obesitas. Pengobatan terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutirsi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid.”

Dalam keterangannya, ia juga menjabarkan bahwa aktifitas fisik yang disarankan berupa jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu. Diet yang disarankan adalah diet rendah kalori yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran (≥ 5 porsi / hari), biji-bijian (≥ 6 porsi / hari), ikan, dan daging tanpa lemak, serta membatasi asupan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol.

Makronutrien yang menurunkan kadar LDL-C seperti tanaman stanol/sterol (2g/ hari) dan serat larut air (10-25 g /hari) juga direkomendasikan. Prinsip dasar terapi farmakologi adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Obat utama yang disarankan adalah statin.

Obat lainnya, seperti asam fibrat, asam nikotinat, dan bile acid sequestrant hanya digunakan bila terdapat kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.

Dr. dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD, KEM, Ketua Jakarta Diabetes Meeting 2021 menjelaskan, Diabetes sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel penghasil insulin. Sedangkan pada DM tipe 2, tubuh tidak bisa menggunakan insulin secara normal dan pada akhirnya pankreas akan mengalami kegagalan dalam menghasilkan insulin.

“Salah satu terapi utamanya adalah Insulin. Tahun 2021 merupakan tahun yang bertepatan dengan 100 tahun ditemukannya insulin. Penggunaan insulin pada pasien dengan Diabetes memiliki peran yang sangat penting, khususnya ketika penggunaan obat-obatan tidak lagi memberikan respons yang adekuat untuk mengontrol gula darah atau kondisi khusus pada penyakit akut, tindakan pembedahan, atau kehamilan,” lanjut dr. Wismandari.

“Berdasarkan durasi kerja insulin, insulin terbagi menjadi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek. Akan tetapi, dengan perkembangan teknologi, saat ini dimungkinkan adanya kombinasi insulin kerja panjang dan insulin kerja pendek dalam 1 buah sediaan. Hal ini memungkinkan pasien dengan DM untuk melakukan penyuntikan insulin dengan lebih jarang dengan kondisi gula darah yang lebih stabil tanpa disertai adanya kondisi hipoglikemia,” tutupnya.

KEYWORD :

Diabetes Dislipidemia Jantung Kardiovaskular Insulin




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :