Selasa, 30/04/2024 10:47 WIB

Pustakawan Berperan Edukasi Masyarakat Marjinal Tingkatkan Kualitas Hidup

melalui program transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, pustakawan diminta untuk terlibat mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Kepala Perpustkaan Nasional Muhammad Syarif Bando dalam webinar “Peran Pustakawan dalam Meningkatkan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menilai, sinergi adalah kata kunci bagi para kepala daerah, legislator, dan pustakawan memfasilitasi masyarakat marjinal untuk mau berubah dan belajar.

Menurutnya, melalui program transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, pustakawan diminta untuk terlibat mengedukasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

"Pustakawan bisa diberdayakan untuk mengedukasi masyarakat karena tidak memiliki keterikatan dengan jam belajar sehingga lebih leluasa turun ke lapangan. Edukasi bisa diberikan oleh pustakawan sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ujar Muhammad Syarif Bando dalam webinar “Peran Pustakawan dalam Meningkatkan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan", Selasa (8/12).

Untuk bisa membuka ruang, lanjut Syarif Bando, pustakawan bisa memfasilitasi sekelompok masyarakat yang termarjinalkan dengan bersinergi pada semua komunitas terutama Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) . IPI atau pustakawan ini tidak terikat dengan jam belajar dan harus memberikan silabus setiap waktu untuk memastikan tugasnya.

"Tapi, dia bisa lebih leluasa di lapangan bersama dengan komunitas masyarakat,” ujatnya.

Syarif Bando menjelaskan melalui literasi, sejumlah orang di Indonesia sudah berhasil mengubah hidupnya lebih sejahtera setelah menerapkan ilmu dari buku yang dibaca di perpustakaan.

“Ada rekan kami namanya Wahid di Pamekasan, Madura. Dia menjadi tukang parkir selama kurang lebih 10 tahun. Saudara Wahid dalam masa pandemi ini menjadi pengusaha ayam bangkok dan sudah mengajari istrinya jadi pengusaha katering. Kemudian ada yang di Mojokerto, ada di Bandung Barat,” jelasnya mengisahkan.

Sementara itu, Bupati Enrekang Muslimin Bando menyatakan saat ini fungsi perpustakaan tidak lagi seperti dulu. Dia menekankan pentingnya membaca untuk kesejahteraan.

“Kalau tidak ada literasi, tidak ada membaca, susah kita akan sejahtera. Sangat kita harapkan banyak belajar, membaca apa yang terjadi di sekeliling kita semuanya, mengetahui persoalan-persoalan yang muncul kemudian,” urainya.

Seluruh desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Enrekang saat ini sudah memiliki perpustakaan. Bupati Muslimin mengajak para pustakawan untuk mengembangkan perpustakaan tersebut. Dia berharap melalui dukungan ini, sekira 200 ribu warga Kabupaten Erenkang bisa meningkatkan kesejahteraannya.

“Dari 112 desa dan 17 Kelurahan di Kabupaten Enrekang, semuanya sudah mendirikan perpustakaan kelurahan dan desa. Kepada teman-teman agar bantu saya untuk memfasilitasi di dalamnya. Mungkin ada bangunannya tetapi tidak punya buku atau mungkin ada tetapi tidak tahu cara bagaimana mengoperasikan,” ungkapnya.

Sementara itu, Anggota DPR RI Mitra Fakhruddin menyatakan ada dua hal yang perlu disiapkan untuk mendukung peningkatan literasi masyarakat, yakni buku keterampilan atau ilmu terapan harus diperbanyak, khususnya hingga ke desa, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan terampil dan pendidikan vokasi untuk menekan angka pengangguran.

"Pendidikan vokasi dan dunia industri harus bersinergi. Lulusan sekolah menengah kejuruan atau pun perguruan tinggi dapat bersaing di dunia kerja jika pendidikan vokasi dan dunia industri dapat bersinergi dengan baik dan siswanya dibekali keterampilan serta pemahaman teknologi baru,” pungkasnya.

KEYWORD :

Masyarakat Marjinal Kualitas Hidup Perpustakaan Nasional




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :