Jum'at, 26/04/2024 19:25 WIB

Kepala Perpusnas Tekankan Pentingnya Duta Baca Indonesia

Kepala Perpusnas Tekankan Pentingnya Duta Baca Indonesia

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando menekankan pentingnya kehadiran Duta Baca Indonesia (DBI). Menurut dia, DBI dibutuhkan untuk mengubah pola pikir dalam membaca dan menulis.

Karena itu, DBI harus berdampak terutama saat bersentuhan langsung dengan masyarakat di daerah. Kerja DBI dinilai berat karena harus memastikan masyarakat menerima informasi baru melalui aktivitas dan gerakannya.

"Kita berada pada suatu era yang namanya ledakan informasi. Kalau hari ini ditaksir satu juta informasi lahir dalam satu hari, itu ditaksir minimal, dan kita hanya dapat satu, berarti kita ketinggalan 999.999 informasi. Karena itu, gerakan Duta Baca Indonesia untuk memastikan orang berada dalam ruang yang terkonfirmasi dengan dunia yang baru," terang Syarif di Jakarta, pada Rabu (25/1).

Melalui gerakan DBI, lanjut Syarif, dapat mendobrak pola pikir masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penyiapan bahan bacaan.
DBI juga mewakili negara dalam setiap kunjungan.

"Karena itu saya harap pejabat lainnya juga aktif untuk mendorong komunitas, institusi, ada duta bacanya di TNI, di Polri, di lembaga-lembaga vertikal dan organisasi-organisasi yang memang pengaruhnya sangat vital," sambung dia.

Gol A Gong didaulat menjadi DBI sejak 2021. Pada 2022, pria dengan nama lengkap Heri Hendryana Harris ini melakukan Gerakan Safari Literasi di 436 titik di seluruh Indonesia. 12 titik di antaranya bersentuhan langsung dengan Perpusnas.

Gol A Gong melakukan sinergi dan kolaborasi dengan Perpusnas, pemerintah daerah, pegiat literasi, forum komunitas, dan seluruh masyarakat. Selama setahun, melalui aktivitasnya, Gol A Gong menghasilkan 54 buku antologi cerpen.

Berkeliling ke 40 kota selama tiga bulan menuju daerah timur Indonesia, Gol A Gong menemukan tiga masalah utama terkait literasi di Indonesia. Pertama, peran kepala dinas perpustakaan kurang maksimal dalam memotivasi kinerja para pustakawan.

"Rata-rata kepala dinas perpustakaan merasa dibuang sehingga tidak memotivasi para pustakawan untuk melakukan kegiatan kreatif, inovatif, dan tentu out of the box. Itu banyak sekali saya temukan ketika diwawancara. Sehingga pustakawan-pustakawannya tidak kreatif, tidak mampu mengeksplorasi gagasan-gagasannya karena pimpinannya selalu mengatakan saya dibuang," ungkap dia.

Kedua, akses ke perpustakaan atau toko buku masih sulit, terutama di daerah timur Indonesia. Ketiga, distribusi yang tidak merata karena ekosistem perbukuan belum terbangun dengan sehat.

"Dan saya melihat Perpustakaan Nasional melakukan penetrasi dengan pojok baca digital dan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS), jadi saya sebagai Duta Baca merasa mendapatkan mitra yang kompeten. Saya senang sekali ketika Perpustakaan Nasional ada di mana-mana," tutup dia.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpusnas, Adin Bondar, menjelaskan, tahun ini Perpusnas mengusung tema utama transformasi perpustakan berbasis inklusi sosial untuk kesejahteraan, solusi cerdas pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

KEYWORD :

Perpusnas Perpustakaan Nasional Duta Baca Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :