Senin, 29/04/2024 02:26 WIB

Juan Manuel Santos

Menempuh Damai dengan Para Gerilyawan

Hal pertama yang ditekankan Santos pada masa awal pemerintahannya adalah menjajaki kemungkinan berdamai dengan para gerilyawan FARC.

Presiden Kolombia Juan Manuel Santos (kiri depan) dan Kepala FARC Timoleon Jimenez usai kesepakatan damai./foto:voa

Mahkamah Konstitusi Kolombia menyatakan Alvaro Uribe tak bisa lagi mencalonkan diri sebagai presiden ketiga kalinya, pada tahun 2009. Kesempatan tersebut diambil Juan Manuel Santos, yang secara resmi mengumumkan diri ikut berpartisipasi dalam pemilihan Presiden Kolombia untuk 2010.

Di tengah krisis diplomatik dengan Venezuela, akhirnya Santos memenangkan pemilihan presiden yang melewati dua putaran. Pada 7 Agustus 2010, Santos diresmikan sebagai presiden terpilih Kolombia. Saat itu, Santos berjanji akan belajar dari kesalahan-kesalahan pendahulunya.

Hal pertama yang ditekankan Santos pada masa awal pemerintahannya adalah menjajaki kemungkinan berdamai dengan para gerilyawan FARC. Pada 27 Agustus 2012, Santos mulai membuka pembicaraan dengan FARC dan berusaha untuk mengakhiri konflik. Reuters Perancis, pada waktu yang sama, menurunkan laporan soal pemberontak FARC yang menyetujui pembicaraan damai.

Komitmen dan kampanye perdamaian yang digalang Santos mendapatkan simpati Kongres Yahudi Sedunia, hingga ia diganjar Shalom Prize pada Oktober 2012. Kongres Yahudi menyebut bahwa Santos layak mendapatkan penghargaan karena memiliki komitmen untuk mencari perdamaian di negaranya dan di seluruh dunia.

"Kedua warga di sini (Kolombi dan FARC) dan warga Israel masih mencari perdamaian selama beberapa dekade," ucap Santos usai menerima penghargaan Shalom Prize, seperti laporan Jewish Telegraphic Agency pada 23 Oktober 2012.

Pada bulan September 2016, Santos mengumumkan bahwa kesepakatan damai benar-benar telah dicapai antara pemerintah Kolombia dengan gerilyawan FARC. Kesepakatan tersebut berdasarkan kebenaran dan rekonsiliasi, menerima fakta dan memberikan yang sepantasnya pada pelaku kejahatan selama konflik.

FARC, yang dipimpin oleh Timoleon Jimenez (Timochenko), pengganti Alfonso Cano yang tewas pada gempuran hebat pada November 2011, menerima kesepakatan damai dari pemerintah Kolombia.

Hanya saja pada 2 Oktober lalu, melalui sebuah referendum, sejumlah 50,24 suara menolak kesepakatan damai tersebut. Mereka berargumen bahwa pemerintah Kolombia terlalu banyak memberikan konsesi kepada pihak pemberontak.

Namun, meski begitu, sebagaimana narasi komite Nobel, bahwa fitur penting dalam proses perdamaian Kolombia adalah berkat partisipasi perwakilan dari korban perang sipil. Fakta bahwa keberanian dan keinginan perwakilan korban untuk bersaksi mengenai kekejaman, dan berhadapan dengan pelaku kejahatan dari segala sisi konflik, telah membuat kesan yang sangat mendalam.[]

KEYWORD :

jurnas nobel perdamaian juan manuel santos nobel prize farc gerilyawan timoleon jimenez kolom




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :