Rabu, 15/05/2024 11:45 WIB

Kepada AS, China: Transaksi Energi dengan Iran Sah dan Harus Dihormati

China menegaskan kembali bahwa Beijing sangat menetang sanksi sepihak Washington terhadap Iran.

Bendera kebangsaan Iran berkibar di sebuah kilang minyak milik negara itu (Foto: IRNA)

Jakarta, Jurnas.com - Importir utama minyak Iran, China tidak terima peringatan dari Amerika Serikat (AS) yang mengancam akan menjatuhinya sanksi jika memberikan layanan kepada kapal kargo pengangkut minyak Iran ke wilayah otonom.

Seperti dilansir South China Morning Post, juru bicara Kementerian Luar Negeri China menegaskan kembali bahwa Beijing sangat menetang sanksi sepihak Washington terhadap Iran.

"Transaksi energi normal antara Iran dan komunitas internasional, termasuk China, yang berada dalam kerangka hukum internasional, adalah wajar, sah, dan harus dihormati serta dilindungi," kata pejabat itu.

Sebelumnya, Washington memperingatkan Hong Kong untuk mewaspadai kapal kargo Pacific Bravo yang membawa minyak Iran yang kemungkinan akan berhenti di pusat keuangan Asia.

Peringatan itu berbunyi, setiap entitas yang mnyediakan layanan terhadsp kapal itu akan menghadapi sanski dari AS.

Pacific Bravo dimiliki oleh China Bank of Kunlun, yang menjadi saluran resmi utama untuk aliran uang antara China dan Iran di tengah sanksi AS terhadap Teheran. Perusahaan ini memiliki cabang keuangan China National Petroleum Corp, CNPC Capital.

Sementara itu, Biro Pengembangan Ekonomi dan Perdagangan Hong Kong mengatakan telah menerapkan sanksi tegas yang diputuskan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Negara-negara tertentu dapat menjatuhkan sanksi sepihak terhadap tempat-tempat tertentu berdasarkan pertimbangan mereka sendiri. Sanksi-sanksi itu berada di luar ruang lingkup sanksi DK PBB yang diterapkan oleh Hong Kong," kata biro itu.

Pada 22 April, Gedung Putih memutuskan untuk tidak memperpanajagan keringanan sanksi bagi importir minyak untuk menekan ekspor minyak hingga ke nol.

Kebijakan itu dikeluarkan sekitar setahun setelah meninggalkan perjanjian nuklir multinasional 2015 dengan Iran dan memulihkan sanksi di Negeri Para Mullah itu.

Langkah ini membuat harga minyak melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak November 2018 dan menuai kritik keras dari para pelanggan utama minyak mentah Iran, terutama China dan Turki.

KEYWORD :

Amerika Serikat Iran Kesepakatan Nuklir China




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :