Sabtu, 27/04/2024 19:42 WIB

Inas Disebut Tak Paham Kondisi Pangan Dalam Negeri

Di bawah kendali Menteri Amran, sektor pertanian seolah menjadi investor lokal yang menyumbangkan keuntungan finansial sangat besar.

Beras (Foto: Supi/jurnas.com)

Jakarta - Peneliti Pusat Studi Bencana, Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Koordinator Nasional Indonesia Food Watch, Pri Menix Dey meragukan statmen Angota komisi IV DPR, Inas Nasrullah Zubir soal kondisi pangan di Tanah Air.

Itu disampaikan menanggapi penyataan Inas yang meminta, Menteri Pertanian (Mentan) bertanggung jawab terkait kegaduhan impor. Ia juga menyatakan tidak percaya dengan data BPS yang digunakan Kementan sebagai dasar penetapan produksi tahunan

"Sarusnya bertanya kenapa Kementrian Perdagangan yang `ngotot mengeluarkan ijin impor, dan dia harus menayakan amanat UU No 9 tahun 2006, mengenai Sistim Resi Gudang yang merupakan tanggung Jawab Menteri Perdagangan sampai sekarang belum ada. Itu yang harus di kritik dan pertanyakan oleh Anggota Dewan asal Hanura tersebut," ujar Menix.

Disisi lain Padahal sebagian besar Pengamat dan Anggota Dewan Komisi IV mengapresiasi Kerja Menteri Amran dan Keberhasilan Program Kementan. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman dinilai telah menunjukkan kerja maksimal dalam menjaga stok ketersediaan pangan. Produksi di sektor pertanian masih dianggap optimal.

Mindo mengungkapkan, di bawah kendali Menteri Amran, sektor pertanian seolah menjadi investor lokal yang menyumbangkan keuntungan finansial sangat besar.

"Kalau secara kerja menjaga kecukupan dari komoditas pertanian, Amran sudah bekerja menjaganya dengan baik. Seharusnya ikut didorong oleh lintas sektor instansi lainnya agar semakin baik," terang Mindo.

Menyoal andil produksi beras nasional, Mindo beranggapan, kerja Amran patut mendapat apresiasi. Hal Itu bisa ditelusuri melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa bukan penyebab inflasi per Juli 2018.

"Data itu kan menunjukkan kerja Kementerian Pertanian cukup bagus ya. Artinya kebutuhan produksi beras cukup di tingkat konsumsi pasaran sehingga memengaruhi harga yang tidak bergejolak dan naiknya nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan," kata Mindo.

Terkait sektor pertanian, BPS mencatat ada pertumbuhan yang lebih baik untuk nilai tukar petani sebesar 0,89 persen pada Agustus dibandingkan Juli tahun ini. Nilai Tukar Petani (NTP) khusus tanaman pangan yang naik 1,28% bulan Agustus 2018 dibandikan bulan Juli 2018.

Mengacu data Perum BULOG, jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) per 18 September 2018 mencapai 2,24 juta ton, jauh diatas batas aman stok CBP sekitar 1-1,5 juta ton.

Selain itu, ada stok beras di penggilingan, mengacu hasil survei Kementerian Pertanian per minggu II September 2018 mencapai 1,48 juta ton. Belum lagi stok beras di masyarakat lainnya seperti di tingkat rumah tangga dan para pedagang.

Berdasarkan Aram I 2018 (BPS-Ditjen TP), perkiraan luas panen padi Jan-Agustus mencapai 12,18 juta hektare dan prediksi luas panen Okt-Des mencapai 3,82 juta hektare.

KEYWORD :

Komisi IV beras Kementan BPS Bulog IPB




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :