Senin, 06/05/2024 05:57 WIB

Pembangunan SDM Harus Difokuskan bagi Generasi Milenial

Pemerintah perlu segera mempersiapkan “infrastruktur milenial” yang komprehensif.

Milineal tidak hanya urusan IT, tapi perlu juga di sektor yang lain seperti budaya, sosial dan lainnya

Jakarta - Pada 2030 jumlah generasi milenial Indonesia mencapai 70% dari total jumlah penduduk Indonesia. Artinya, dalam rentan waktu 2015-2030, Indonesia memiliki penduduk usia produktif yang sangat besar. Lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non-produktif (Badan Pusat Statistik, 2016).

Menurut Direktur INFID, Sugeng Bahagijo, proyeksi demografi tersebut harus menempatkan generasi milenial sebagai salah satu fokus sasaran dari seluruh kegiatan berbangsa-bernegara.

Oleh karena itu, pemerintah perlu segera mempersiapkan “infrastruktur milenial” yang komprehensif sehingga keunggulan demografis tersebut akan berkontribusi secara optimal dalam mendorong kemajuan pembangunan sosial-ekonomi Indonesia.

“Sudah tepat prioritas SDM. Artinya SDM tidak boleh jadi anak tiri atau miskin anggaran. Seluruh kementerian semestinya berlomba mencetak skor di dalam prioritas itu,” tegas Sugeng, Direktur Infid saat diskusi bertema “Generasi Milenial: Posisi, Partisipasi dan Kontribusi dalam Agenda Pembangunan ala Nawacita” di Jakarta, Kamis (12/4).

Tapi menurut Sugeng masih ada 4 kelemahan yang harus diperbaiki.  Pertama, dana pendidikan belum mengarah ke tujuan bekerja bukan hanya untuk terdidik. Kedua, labour productivity Indonesia masih rendah. Ketiga, Indonesia mengalami skill shortages dan missmatch.

“Banyak lapangan pekerjaan tidak terisi hanya karena masalah ini. McKinsey sudah memproyeksikan kekurangan tenaga kerja kita per tahun 2-3 juta hingga 2030. Keempat, SDM mengakselarasi Social Mobility menghindari jebakan middle income countries,” lanjut Sugeng.

Senada dengannya, Mickael B. Hoelman menilai Generasi milineal berperan penting sebagai penggerak perubahan. Menurutnya, prioritas pemerintah untuk mulai menyasar pembangunan SDM layak diapresiasi.

“Tidak saja bahwa pemerintah memberi ruang bagi anak muda untuk mengambil lebih banyak peluang namun dalam jangka panjang sangat penting untuk memastikan Indonesia melesat sebagai negara maju dan lolos dari jebakan middle income country di tahun 2030,” ucap salah satu Founder Digital Culture Syndicate itu.

Ah Maftuchan sendiri menilai sangat tidak elok melihat generasi milenial atau kaum muda sebagai alternatif saja. Menurutnya, generasi milenial harus menjadi prioritas utama. Sebab, Fakta-fakta historis. Pemuda menggerakkan bangsa sejak Sumpah Pemuda, Kemerdekaan 1945 hingga Reformasi 1998.

“Tantangannya pemuda menjadi subjek pembangunan. Generasi milenial sekarang ini generasi yang menginginkan kecepatan dan kualitas berjalan beriringan,” tegas Direktur Eksekutif Prakarsa, lembaga riset independent bidang kebijakan publik tersebut.

Selain itu, menurutnya generasi milineal sebenarnya sudah siap merebut ruang-ruang strategis baik ekonomi, sosial dan pemerintahan. ”Jumlah mereka akan bertambah banyak seiring bonus demografi. Dus mereka harus menjadi generasi yang produktif agar tidak menjadi beban negara,” ujarnya.

Maftuchan melihat dibanding presiden-presiden sebelumnya, Jokowi cukup dekat dengan generasi milenial. Hal ini terlihat dari kepuasan generasi milenial terhadap Jokowi - JK di atas 70%.

“Jokowi dipandang dekat dengan anak muda. Selain usianya dan style anak muda kekinian, komitmen Jokowi direspons positif oleh anak muda. Tinggal bagaimana K/L mendeliver komitmen itu dengan baik,” ujar Maftuchan.

”Milineal tidak hanya urusan IT, tapi perlu juga di sektor yang lain seperti budaya, sosial dll. Ke depan harus lebih ambisius dari 1000 startups,” lanjutnya.

Pengamat media Nukman Luthfie saat ini ada empat urutan media sosial terbesar Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube. Instagram diakses milineal hampir 100% setiap jam setiap hari. Instagram nyaris bebas politik. Untuk Asia dan Indonesia, FB adalah media jualan terbesar bahkan mengalahkan platform aplikasi ecommerce yang existing.

“Bonus demografi meninggalkan pekerjaan rumah tantangan kesenjangan akses ke teknologi informasi -digitalisasi. Milineals hari ini adalah produk dari kesenjangan generasi sebelumnya,” ujarnya.

Hal ini diakui oleh Sisca Hutagalung, bahwa pemerintah sudah memiliki beberapa program prioritas yang diharapkan berdampak ke milenials. “pertama, pembangunan infrastruktur untuk perkembangan generasi di 2030. Kedua, program konkrit yang sudah dikerjakan 1000 startups dan science techno parks ditujukan agar milenial ikut menikmati pembangunan Jokowi,” pungkas salah satu anggota Staf Kepresiden itu.

Salah satu contoh kreasi generasi muda sendiri dilakukan oleh Tyovan Ari Widagdo. Ia mendirikan aplikasi Bahaso karena kegelisahannya terhadap kemampuan bahasa asingnya yang rendah. Menurutnya, aplikasi tersebut berangkat dari project skripsi jurusan IT.

“Masalah bahasa dihadapi oleh kebanyakan pemuda.  Padahal bahasa adalah masalah praktikal. Tantangan mengembangkan aplikasi terutama adalah birokrasi yang kurang gerak cepat,” ungkapnya.

Saat ini, aplikasi bahasa dimanfaatkan oleh TKI yang sering kali menghadapi miskomunikasi di negara tujuan. Dan terus semakin diakses oleh berbagai segmen. Aplikasi Bahaso menjadi bagian dari pemecahan masalah. “Milenial menjadi bagian dari jawaban bukan bagian dari masalah”, tegas Tyofan

Ari Juliono, Deputy Bekraf menilai kreasi Tyovan sangat luar biasa. Ia pun mengklaim pemerintah sangat menukung kegiatan-kegiatan semacam itu. “Presiden Jokowi sangat supportive mendorong initial startups yang tidak hanya berpusat di Jakarta tapi sampai ke daerah. Program pemerintah menstimulasi anak muda untuk berkarya lebih,” ujar Ari.

KEYWORD :

generasi milenial starups indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :