Senin, 29/04/2024 01:55 WIB

Kenali Ini Penyebab Produktivitas Ternak Sapi Menurun

Selain kandungan pakan, ternyata salah satu menghambat produktivitas ternak yang rendah disebabkan ketersediaanya saat kemarau terbatas.

Rumput gajah (Foto: Kementan)

Jakarta - Pakan dan ternak ibarat dua sisi mata uang. Berbeda, namun saling membutuhkan. Melejit atau rendahnya produktivitas usaha agribisnis ternak sapi dan domba sangat bergantung pada pemeliharaan, breding dan pakan.

"Pakan memegang peranan yang sangat penting. Bila ternak yang di pelihara mempunyai potensi perkembangan yang bagus tapi kurang pakan tidak akan maksimal," ujar Kepala Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Drh. Oloan Parlindungan kepada jurnas.com, Jumat (16/3).

Ia menjelaskan bahwa pakan yang bagus adalah pakan yang memenhui kebutuhan si sapi baik dalam jumlah maupun kualitas. Seperti rumput jumlah cukup dan kualitas baik tidak terlalu muda dan tua, artinya saat panennya tepat.

"Untuk konsentrat sesuai standar Standar Nasional Indonesia (SNI)," jelasnya.

Selain kandungan pakan, ternyata salah satu menghambat produktivitas ternak adalah rendahnya ketersediaan pakan saat musim kemarau. Masalah ini disebabkan oleh kekeringan dan kurangnya penerapan teknologi pengawetan.

Ketersediaan rumput potong yang berpotensi produksi tinggi, memiliki kandungan protein tinggi serta toleran kekeringan dapat membantu petani ternak mengatasi masalah kualitas pakan dan produksi rumput saat kemarau.

Karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui kolaborasi para peneliti BB Biogen dan Puslitbangnak memanfaatkan Bioteknologi selular untuk mendapatkan varietas unggul rumput gajah baru berprotein tinggi dan toleran kekeringan untuk menjamin ketersediaan pakan hijauan sepanjang tahun.

Peneliti Bioteknologi BB Biogen, Dr Ali Husni mengatakan perakitan varietas unggul ini menggunakan kombinasi aplikasi iradiasi terhadap populasi kalus embriogenik hasil kultur in vitro pada rumput gajah untuk menghasilkan keragaman genetik baru dan seleksi in vitro dalam media kultur menggunakan PEG sebagai agen seleksi toleran kekeringan.

Sel-sel yang dapat tumbuh dan berkembang dalam media seleksi dapat diregenerasi menjadi tanaman baru pada formulasi media tertentu sehingga diperoleh tunas atau plantlet kandidat rumput gajah toleran kekeringan secara cepat. Kestabilan genetik sifat toleransi kekeringan perlu dilakukan uji rumah kaca dan uji lapang.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap toleransi kekeringan diperoleh 16 nomor yang potensial toleran kekeringan karena mampu hidup kembali setelah dilakukan cekaman kekeringan selama 3 bulan. Kandungan prolin dari nomor-nomor tersebut juga lebih besar dari tanaman asalnya.

Hasil Sekuensing terhadap genom putativ mutan berdasarkan EST-SSR yang potensial menunjukkan terjadinya mutasi baik dalam bentuk indel (insersi/delesi) dan single analisis proksimat, kandungan protein dari putative mutan ada yang meningkat dua kali lipat ( lebih 100 persen) dari 8.84 persen menjadi 17.47 persen dari berat kering.

Pada tahun ini akan dilakukan uji adaptasi untuk melihat kestabilan keunggulan dari masing-masing mutan dan perbanyakan bibit mutan potensial secara in vitro. Rumput ini diharapkan dapat mendukung Upsus Siwab untuk mencapai swasembada daging sapi atau protein. Daerah potensial untuk pengembangan rumput ini nantinya Jawa, Bali dan Lombok, serta daerah lain yang pemeliharaan ternaknya intensif.

KEYWORD :

Kementan Sapi BET




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :