Sabtu, 27/04/2024 06:35 WIB

Wawancara

Indonesia Jadi Arena Kompetisi Amerika Versus China

Perwira TNI lulusan AAL angkatan 1988 ini menyampaikan Amerika dan China semakin gencar menanam infiltrasi dengan membentuk potensi kekuatan melalui organisasi.
 
 

Laksda TNI Amarulla Ovtavian, ST, MSc, DESD

Jakarta - Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Muda TNI Dr Amarulla Octavian mengatakan konstelasi geopolitik global turut menyeret Indonesia dalam sengkarut konflik kekuatan antar negara adidaya yang tengah berebut pengaruh di Asia Tenggara. 

Amerika dan China, menurutnya, telah menempatkan Indonesia sebagai medan kompetisi perluasan pengaruhnya. Keduanya, saling berlomba merebut keberpihakan Indonesia untuk modal kekuatan dan posisinya di dunia.

"Indonesia merupakan arena kompetisi kedua negara untuk memperkokoh pengaruh mereka di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara berlomba untuk berebut pengaruh dan hegemoni karena Indonesia dipandang sebagai pusat Asean," ujar Amarullah kepada Jurnas.com di Jakarta, Senin (24/4/2017).

Perwira TNI lulusan AAL angkatan 1988 ini menyampaikan Amerika dan China semakin gencar menanam infiltrasi dengan membentuk potensi kekuatan melalui organisasi, unit bisnis dan agen pengusaha yang berafiliasi dengan mereka.

Akibatnya, situasi tersebut membawa Indonesia pada tantangan yang lebih rumit. Sebuah situasi, kata dia, dimana kenyataan tidak bisa semata dihadapi dengan operasi senjata. 

Tetapi, lanjutnya, suatu keadaan yang memperlihatkan potensi ancaman multidimensi dengan berbagai motif dan bentuk. Ia menyebutnya dengan istilah proxywar. 

"Tantangan paling menonjol dalam kerangka Proxy War ada dua. Pertama, mencegah Indonesia sebagai medan pertempuran hegemoni Amerika dan hegemoni Cina dalam perspektif perang ekonomi. Intinya adalah mencegah Indonesia berpihak ke salah satu dari kedua negara tersebut," ungkapnya.

Kendati demikian, Amarulla menegaskan Indonesia merupakan negara berdaulat dengan sistem pertahanan yang berbasis pada pola penyesuaian kebutuhan dan tantangan. Menurutnya, Indonesia memiliki sistem pertahanan yang secara khusus menutup kemungkinan intervensi dan tarikan kepentingan luar negeri. 

Lebih lanjut Mantan Kepala Staf Komando Armada Indonesia Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL ini mengungkapkan Indonesia juga ditekankan untuk mengantisipasi munculnya picu perpecahan di masyarakat akibat polarisasi yang dikembangkan setiap negara luar pemilik kepentingan. 

"Karena munculnya sebagian masyarakat yang bersimpati atau terafiliasi kepada salah satu dari kedua negara tersebut. Kita ketahui bersama, sebagian pengusaha di Indonesia ada yang lebih cenderung menjalin usahanya yang lebih mrnguntungkan ke Amerika atau Cina. Kita harus waspada melihat gejala-gejala perpecahan tersebut," paparnya. 

Kendati demikian, Amarulla optimis Indonesia mampu menguatkan benteng kedaulatannya dengan pendulum program Bela Negara yang tengah diproyeksikan pemerintah. Indonesia, kata dia, akan tetap terjaga dari upaya hegemoni negara asing sekalipun mereka terus menggalang kekuatannya di dalam negeri.

"Dengan Program Bela Negara, kita mampu mencegah berbagai intrik politik ekonomi dari kedua pihak pengusaha tersebut," ucapnya.

Amarulla menjelaskan program Bela Negara diutamakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan internal seperti meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus mencegah separatisme dan terorisme.

"Tetapi program tersebut juga dinilai sangat efektif ketika Indonesia harus mengantisipasi eskalasi konflik terhadap ancaman dari luar seiring dinamika politik dunia," jelasnya.

KEYWORD :

Unhan Amarulla Octavian Amerika-China TNI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :