Rabu, 22/05/2024 08:15 WIB

Green Tourism Jadi Wajah Baru Politeknik Negeri Bali

Green tourism yang diusung Politeknik Negeri Bali mendorong penggunaan energi baru terbarukan, green building, efisiensi energi melalui penelitian dan inovasi

Direktur Politeknik Negeri Bali, I Nyoman Abdi (Foto: Muti/Jurnas.com)

Denpasar, Jurnas.com - Pariwisata hijau atau green tourism masih menjadi barang langka saat ini. Padahal, konsep tersebut justru dinilai sebagai cara efektif untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).

Hal inilah yang melatarbelakangi Politeknik Negeri Bali (PNB) memilih green tourism sebagai keunggulan, usai mendapatkan hibah Polytechnic Education Development Project (PEDP) dari Asian Development Bank.

Pemilihan ini pula menjadikan perguruan tinggi vokasi (PTV) asal Pulau Dewata tersebut memiliki ciri khas dibandingkan politeknik negeri lainnya, sebagaimana disampaikan Direktur PNB, I Nyoman Abdi.

Green tourism, lanjut Abdi, direalisasikan melalui enam jurusan yang terdapat di PNB, yakni pariwisata, administrasi niaga, akuntansi, teknik sipil, teknik elektro, dan teknik mesin.

"Semua jurusan bersatu mengusung green tourism, sehingga kegiatan apapun di lembaga ini kita arahkan pada green tourism ini," terang Abdi saat ditemui di sela-sela press tour Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) di kampus PNB beberapa waktu lalu.

Menurut Abdi, green tourism menjadi masa depan pariwisata Bali, seiring mulai masifnya penggunaan kendaraan listrik dan pembangkit listrik energi surya.

Adapun green tourism yang diusung PNB mendorong penggunaan energi baru terbarukan, green building, efisiensi energi melalui penelitian dan inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen.

Upaya ini mendapatkan sambutan positif di dunia internasional. PNB mendapatkan hibah dari pemerintah Swiss untuk bidang Renewable Energy Skill Development. Juga, dari Belanda untuk penguatan Renewable Energy Training Center.

"Kelak, di PNB ini bisa melakukan sertifikasi renewable energy," tutur dia.

Berkat green tourism pula, 12 proposal Politeknik Negeri Bali memperoleh hibah pendanaan melalui matching fund dan competitive fund dari Kemdikbudristek.

"Ketika pengusulan matching fund saya selalu pesankan agar mengambil topik penguatan green tourism. Di teknologi ada tentang renewable energy, pemanfaatan teknologi tepat guna. Sehingga semua jurusan di PNB bersatu padu," imbuh dia.

Ketua Jurusan Pariwisata PNB, Ni Made Ernawati menuturkan bahwa green tourism pada dasarnya gabungan dari tiga ranah, yakni ekonomi, sosial budaya, dan lingkngan. Karena itu, semua jurusan harus saling mendukung untuk menuju pada tema besar ini.

"Dari Teknik Sipil untuk green building dan sustainable building untuk sedikit menggunakan AC, pengaturan cahaya dan udara. Teknik elektro juga bisa energi terbarukan. Teknik Mesin juga sama bagaimana menggunakan mesin yang ramah lingkungan," terang Ernawati.

Salah satu penerima matching fund Kemdikbudristek ialah Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat PNB, I Dewa Made Cipta Santosa. Dia memperoleh Rp300 juta untuk proposal berjudul `Pengembangan Kontainer Truk Refrigerasi Tenaga Surya Kompatibel dengan Teknologi Mobil Listrik`.

Dia menciptakan mobil boks yang dilengkapi dengan teknologi pendingin berbahan hidro karbon. Zat ini tidak memiliki efek samping ketika dilepaskan ke udara, berbeda dari freon yang berakibat pada pencemaran lingkungan.

Lalu, untuk menggerakkan pendingin tersebut, Dewa mengonversi cahaya matahari menjadi energi melalui panel surya, sebelum energi terkonversi tersebut disimpan di dalam aki.

"Saat ini kami bekerjasama dengan dua mitra industri. Pertama, perusahaan pendingin dan karoseri mobil. Kedua, perusahaan distributor," terang Dewa.

Penguatan green tourism juga dipahami baik oleh mahasiswa PNB. Dewa Made Alan Dwiky Wiryatama mengatakan, dirinya memakai konsep green tourism ketika melakoni salah satu kompetisi barista. Hasilnya, Alan keluar sebagai juara.

"Saya buat minuman dari bahan-bahan alami. Di sana saya memakai gelas dari kayu, dan bahannya dari kecombrangan yang mustahil jadi bahan minuman. Kemudian salak dan ginger juice lalu ginger syrup, jus lemon dan arak Bali. Itu dinilai unik dan nikmat oleh juri," tutur Alan.

Kurikulum Terkalibrasi dengan Industri

Penerapan kurikulum di Politeknik Negeri Bali juga tak lepas dari kemitraan kampus vokasi tersebut dengan sejumlah mitra industri. Saat ini, kata Abdi, pihaknya sudah bekerja sama dengan berbagai hotel di Bali, baik untuk keperluan magang, penyesuaian kurikulum, hingga penyerapan lulusan.

Beberapa mitra PNB di antaranya hotel The Apurva Kempinski yang sudah terjalin sejak 2016 silam, juga The Saint Regis Bali. Abdi mengatakan, pihaknya selalu melakukan penyesuaian agar lulusan memenuhi kebutuhan industri.

"Kita sesuaikan dan diskusikan, kebutuhannya apa, penempatan kuliah di semester berapa, sehingga anak-anak ini tidak menumpuk. Hasilnya bagus. Ada yang sudah diangkat jadi staf di The Apurva. Kalau (penyesuaian) kurikulum sudah keharusan kita," kata dia.

Sementara itu, Ernawati menuturkan PNB selalu rutin meminta umpan balik (feeback) kurikulum yang diterapkan kampus. Untuk kekurangan minor, PNB segera melakukan perbaikan.

"Adapun kalau tidak ada kekurangan, empat tahun sekali kami selalu ada perubahan kurikulum," tutup dia.

KEYWORD :

Politeknik Negeri Bali Green Tourisme I Nyoman Abdi Ditjen Diksi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :