Minggu, 05/05/2024 05:24 WIB

Kedatangan Raja Saudi Menguntungkan Indonesia? Ini Kata Pengamat

Kedatangan Raja Salman di Indonesia yang tinggal menunggu hitungan jam sudah dinanti oleh banyak pihak.

Kunjungan Raja Salman di Indonesia

Jakarta – Kedatangan Raja Salman di Indonesia yang tinggal menunggu hitungan jam sudah dinanti oleh banyak pihak. Apalagi yang diinginkan kalau bukan realisasi kabar yang menyatakan bahwa Raja Saudi tersebut akan menanam investasi dengan jumlah satu miliar dolar atau Rp13 triliun.

Bahkan, Sekretaris Kabinet Pramono Anung sempat mengutip harapan presiden agar investasi yang dikucurkan lebih dari itu, yakni di angka 25 miliar dolar atau Rp333,2 triliun. Setelah pemberitaan mengenai jumlah ini beredar luas, media sosial pun diramaikan dengan pujian terhadap Raja Saudi yang mampu melakukan investasi dengan nilai fantastis. Bahkan beberapa menganggap Saudi sebagai penolong yang dapat melepaskan masyarakat Indonesia dari jerat kemiskin.

Lalu, pertanyaannya benarkah investasi tersebut akan benar-benar menguntungkan Indonesia?

Dina Sulaeman, seorang pengamat politik Timur Tengah mengatakan bahwa pada dasarnya Saudi saat ini justru sedang dilanda defisit anggaran. Hal itu didapati dari pengumuman rencana anggaran 2017, yang menyebutkan bahwa pada tahun 2016 kerajaan mengalami defisit keuangan hingga 79 miliar dolar atau Rp1053.67 triliun.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, lanjut Dina, Saudi merencanakan sejumlah langkah, antara lain dengan melakukan privatisasi terhadap saham-saham yang selama ini dimonopoli oleh negara. Artinya Saudi sedang melelang sektor-sektor yang awalnya dikuasai oleh negara, kini akan dibagi kepemilikan sahamnya kepada pihak lain  atau swasta.

Langkah lainnya adalah dengan melakukan diversifikasi pendapatan, atau dengan kata lain tidak hanya mengandalkan pendapatan dari sektor minyak. Menurut Dina, Raja Saudi telah mengantongi negara-negara yang berpeluang melakukan investasi di negaranya, tak terkecuali Indonesia.

“Saudi berusaha membuka sumber-sumber pendapatan baru, mengundang investor, terutama negara-negara Asia, antara lain Malaysia, Indonesia, dan China. Sehingga kunjungan ke sini (Indonesia) tidak hanya untuk serangkaian tur, melainkan dalam rangka meningkatkan kerjasama ekonomi,” terang peraih gelar doktor Hubungan Internasional Universitas Padjajaran ini kepada Jurnas.com.

Sementara itu, rivalitas Saudi dan Iran juga tidak bisa dilepaskan dari kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Dina mengatakan bahwa kerjasama antara Indonesia dan Iran yang baru terjalin pada jaman Presiden Jokowi, membuat Saudi ‘kepanasan’.

“Saudi memandang Iran sebagai rival. Karena itulah, setelah sekian lama Indonesia dianggap `back yard`-nya Saudi, kini ada upaya menjadikan Indonesia sebagai partner penting ekonominya. Selama ini kan investasi Saudi di Indonesia sangat kecil, hanya 0,02 % dari total investasi asing yang masuk ke Indonesia pada 2010-2015,” tambahnya.

Selain itu Dina juga menganggap wajar bila memang ada rencana investasi dari Raja Salman yang dikabarkan mencapai angka Rp333,2 triliun. Sebab, realisasi atas kerjasama yang nantinya diteken oleh pihak Saudi justru lebih penting untuk dijadikan patokan. “Menurut BKPM kan tahun lalu realisasi investasi Saudi tidak sampai 1 miliar dolar,” ujarnya.

“Saya malah melihat lebih banyak peluang bagi pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Saudi, seiring dengan reformasi ekonomi yang dicanangkan Saudi untuk mengurangi ketergantungan dari pendapatan minyak. Banyak sektor yang akan diprivatisasi di Saudi dan itulah yang akan ditawarkan oleh Raja Salman dalam tur Asia-nya ini,” tandasnya.

KEYWORD :

Raja Salman Arab Saudi Timur tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :