Sabtu, 27/04/2024 03:06 WIB

INDEF: Impor Cabai Bukti Pemerintah Lepas Tangan

Di beberapa daerah, cabai asal China dan India mulai menyerbu pasar tradisional.

Ilustrasi cabai

Jakarta - Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menilai kebijakan pemerintah mengimpor cabai adalah kebijakan yang buruk dan sangat merugikan petani.

"Membuka kran impor cabai merupakan keputusan yang buruk, dan pemerintah terasa melepas tanggung jawab," ujarnya dalam sebuah tulisan analisis yang diterima jurnas.com, Jumat (23/2/2017).

Ia menuturkan, di beberapa daerah seperti Jawa Timur, cabai asal China dan India mulai menyerbu pasar tradisional. Kendati rasa dan bentuknya berbeda dari cabai lokal, tetap saja keberadaan cabai impor perlahan jadi substitusi cabai di pasaran apalagi harganya bisa dipatok dibawah Rp50 ribu per kg.

Bhima menilai keberadaan cabai impor jelas mengancam penghasilan petani. Selain itu, harga cabai rawit yang mahal ternyata tidak menguntungkan petani.

"Banyak petani mengalami kerugian akibat cabai cepat busuk di musim hujan. Sementara kran impor cabai asal China dan India memukul telak petani cabai. Pedagang cabai impor yang bersorak sorai," cetusnya.

Sejak bulan Desember lalu harga cabai rawit merah sudah bergerak liar. Dibeberapa tempat harga cabai sempat menyentuh Rp220 ribu per kg. Selang dua bulan kemudian, ternyata buruknya cuaca membuat harga terus menukik naik.

Diprediksi sampai pertengahan Maret harga cabai rawit merah rata-rata bisa diatas Rp160 ribu per kg. Pemerintah pun membuka kran impor cabai dari China dan India.

KEYWORD :

impor cabai indef




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :