Sabtu, 11/05/2024 15:24 WIB

Kepala BKKBN: Hanya 62 Persen Ibu yang Sukses Menyusui

Pemberian air susu ibu (Asi) secara eksklusif, terutama selama 1.000 hari pertama kelahiran bayi (HPK) dapat mencegah anak mengalami stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo saat membuka kegiatan Kelas Pranikah dan Pemeriksaan Kesehatan bagi Calon Pengantin (Perisa Catin) anggota TNI/Polri di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (5/7).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo prihatin karena masih banyak bayi yang berumur enam bulan tidak sukses disusui oleh ibunya.

"Kita prihatin karena banyak yang enam bulan tidak disusui dengan sukses, hanya 62 persen yang menyusui (sukses)," ucap Hasto pada webinar Praktik Baik Desa atau Kelurahan Bebas Stunting (De’Best) di 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK), yang telah selesai dilaksanakan pada Senin.

Seperti diketahui bahwa pemberian air susu ibu (Asi) secara eksklusif, terutama selama 1.000 hari pertama kelahiran bayi (HPK) dapat mencegah anak mengalami stunting.

Hasto mengatakan, banyak ibu-ibu yang gagal menyusui karena faktor Asi tidak keluar. Asi tidak keluar ini salah satunya disebabkan oleh pola menyusui yang belum baik.

"Jadi, kalau ada yang merasa Asinya tidak keluar, sebetulnya yang salah bukan Asinya. Asi yang tidak keluar itu sebetulnya karena tidak rajin menyusui," jelas Hasto.

Sebab, lanjut dokter kandungan ini, jika ibu-ibu rajin menyusui, otaknnya akan mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin yang merangsang payudara menghasilkan Asi.

"Alasan tidak menyusui mayoritas adalah Asi tidak keluar. Maka, menyusui itu harus sesering mungkin kalau dalam bahasa jawanya, ngek jel, begitu bayinya ngek (nangis), putingnya langsung jel (jejelin).

Hasto juga menyarankan agar proses menyusui dilakukan secara langsung (direct breastfeeding) dari payudara ibu ke bayi agar hormon prolaktin dan oksitosin lebih maksimal.

"Jadi, ada orang sibuk sekali kemudian payudaranya dipompa, lalu asinya disimpan di kulkas, ya prolaktin dan oksitosin keluar, tetapi tidak sebanyak kalau disedot langsung bayinya," kata Hasto.

Selain itu, Hasto juga menekankan pentingnya makanan pendamping Asi (MPASI) untuk bayi setelah menginjak usia enam bulan. Sebab, banyak stunting-stunting baru setelah usia satu dan dua tahun akibat gagal dalam memberikan makanan tambahan.

"Jadi, semula begitu lahir anaknya bagus, umur enam bulan masih lumayan bagus, tetapi begitu menginjak satu tahun banyak yang stunting," ungkap Hasto.

Hasto menegaskan bahwa mencegah stunting itu sejatinya cukup dengan menggunakan protein hewani produk-produk lokal yang lebih murah dan mudah diakses di pasaran.

"Ibu-ibu jangan sibuk dengan makanan-makanan gofood, makanan-makanan pabrikan, tetapi bagaimana Bina Keluarga Balita (BKB) itu mengajari bahwa makanan lokal kita cukup mengandung protein hewani, nggak usah pakai pabrikan," ucap Hasto.

 

KEYWORD :

ASI Cegah Stunting Menyusui Bayi Kepala BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :