Senin, 29/04/2024 02:26 WIB

Ketika Chef Qatar Diajak Kuliner Tradisional Medan, Papua dan Bali

Tidak lupa juga chef Qatar juga disuguhkan makanan tradisional Medan yang legendaris seperti Putu Bambu Sudi. Selain itu melakukan cooking demo Sago Qatar, puding tapioka tradisional Qatar yang dibumbui dengan kapulaga hijau, kunyit, dan air mawar.

Chef Qatar sedang melakukan masak bakar batu di Kota Jayapura, Papua program Culinary Journey dalam rangkaian program pertukaran budaya tahunan Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi menggelar kegiatan pertukaran budaya bidang kuliner dengan Qatar. Pertukaran kebudayaan Indonesia-Qatar itu dilakukan melalui program Culinary Journey, yaitu kegiatan dalam rangkaian program pertukaran budaya tahunan Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture.

Kegiatan yang sudah dilakukan di 3 wilayah tanah air, diantaranya Kota Jayapura Papua 19-24 Juni, Kota Medan Sumatera Utara pada 24-27 Juni, dan Bali 27 Juni - 2 Juli 2023.

Dua chef asal Qatar, yakni Hassan Abdullah Alibrahim dan Noof Al Marri, secara langsung mengikuti proses pembuatan kuliner asli tanah air secara tradisional, sekaligus  mengenalkan kuliner khas dari negara mereka.

Di Papua, chef asal Qatar diajak ke kampung yang terletak di perbatasan antara Papua dan Papua Nugini, yakni Skouw Sae. Di mana penduduknya masih merawat kearifan lokal dengan merawat makanan khas mereka yaitu Sagu.

Dan di Kota Medan dua chef asal Qatar dan chef ternama Indonesia keluaran MasterChef Indonesia mendalami serta dimanjakan dengan keunikan kuliner khas hasil peleburan berbagai budaya seperti Melayu, Tiongkok, India, Aceh, Minang, Jawa serta tradisional Batak.

Tidak lupa juga chef Qatar juga disuguhkan makanan tradisional Medan yang legendaris seperti Putu Bambu Sudi. Selain itu melakukan cooking demo Sago Qatar, puding tapioka tradisional Qatar yang dibumbui dengan kapulaga hijau, kunyit, dan air mawar.

Sedangkan untuk di Bali dua Chef Qatar dalami budaya yang dipadukan dengan adat dan agama di Taman Soekasada Ujung. Tradisi Megibung yang dikenalkan oleh Raja Karangasem, tak lain adalah tradisi yang menumbuhkan rasa kebersamaan dengan mengesampingkan status sosial ini diteruskan hingga kini dan biasa dilakukan saat ada upacara adat dan keagamaan.

Seperti dijelaskan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid bahwa program Culinary Journey kegiatan kuliner yang mengandung unsur nilai budaya dan sosial kemasyarakatan yang tinggi yang dilestarikan secara turun temurun. Kegiatan itu juga  mempertemukan 2 chef ternama dari Qatar dengan 1 chef ternama Indonesia.

"Keduanya bersama memperdalam pemahaman antara negara dan masyarakatnya, budaya, makanan dan pengalaman kuliner dari bagian timur hingga barat Nusantara untuk lebih memahami budaya masing-masing melalui masyarakatnya, makanan tradisional tiap daerahnya dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam setiap masakan," jelas Hilmar Farid dalam keterangan resminya, Kamis (6/7).

Dijelaskan, pilihan lokasi, Papua, Medan serta Bali pada rangkaian Culinary Journey ini dipastikan bukan hanya mempunyai ragam kuliner, tetapi juga sarat akan nilai Budaya. “Ini sebuah proses saling mengenal budaya, kebudayaan Indonesia dengan ekology yg sangat variatif dan kebudayaan Qatar, ketika kita bicara pangan, ini tidak hanya soal makanan, namun juga tradisi-tradisi yang mengikutinya,” ucapnya.

Hilmar Farid berharap melalui Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture masing-masing negara dapat lebih mempererat persaudaraan, menggali dan lebih memahami keunikan dan keragaman ini.

Sementara itu Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat dari KemendikbudRistek Ditjen Kebudayaan bahwa Kegiatan itu diselenggarakan sebagai ajang pengenalan filosofi budaya, norma dan kebiasaan masyarakat yang diwariskan dalam makanan, selain dari bahan-bahan utama dan cara memasaknya.

Bahkan disebutkan juga sebagai keragaman kuliner dapat berperan sebagai media paling cair untuk memperkenalkan aneka budaya, adat istiadat hingga nilai-nilai masyarakat agar mudah dicerna bangsa lain. Disebutkan juga bahwa Culinary Journey.

"Banyak mengandung arti kebudayaan dari kegiatan tersebut, salah satunya media komunikasi," tegas Syamsul Hadi.

Lanjutnya, bahwa kegiatan itu perdana dilaksanakan, terlebih mempertemukan Hassan Abdullah Alibrahim “The Captain Chef” dari Qatar yang telah menjelajahi masakan restoran dan kaki lima di 175 kota di dunia, beserta Noof Al Marri, Chef ternama Qatar dengan spesialisasi masakan lokal Timur Tengah untuk bertukar ide dan mengenal masakan tradisional Papua dengan Charles Toto, Chef Indonesia yang giat melestarikan masakan tradisional Papua.

Chef Hassan dipandu oleh Chef Charles Toto mengunjungi sebuah desa yang terletak di perbatasan antara Papua dan Papua Nugini, Skouw Sae, di mana penduduk masih merawat kearifan lokal dengan merawat makanan khas mereka, Sagu. Bahkan warga Skouw Sae merayakan panen sagu dengan menggelar acara Sagu Festival yang rutin diadakan setiap tanggal 21 Juni untuk mempromosikan sagu sebagai makanan pokok di Papua.

Di sini, Chef Hassan ikut memanen sagu, memproses hingga mencicipi hidangan sagu yang disiapkan menggunakan cara tradisional Bakar Batu. Bakar Batu yang merupakan salah satu tradisi penting di Papua yang berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung.

Tradisi ini bertujuan untuk bersyukur, perdamaian, silaturahmi (mengumpulkan sanak saudara dan kerabat, menyambut kebahagiaan baik berupa kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku).

Syamsul mengatakan kembali bahwa Kemendikbudristek  sangat mengapresiasi kedatangan Chef Hassan dalam rangkaian program Culinary Journey ini ke Papua, khususnya dalam Sagu Festival.

“Hal ini lebih mendorong rasa percaya diri masyarakat Papua, khususnya generasi muda, agar lebih tahu proses bagaimana pengolahan sagu hingga proses pembuatan ragam makanan berbahan pokok sagu,” ujarnya di Skouw Sae.

“Saya acungkan jempol bagi masyarakat Papua da?am melestarikan sagu. Salut akan upaya Indonesia untuk melestarikan sagu menjadi tanaman berkelanjutan yang tepat untuk melestarikan bumi,” ujar Chef Hassan di sela-sela acara Sagu Festival.

“Senang sekali melihat antusiasme Chef Hassan dalam panen sagu ini. Beliau bukan hanya memotong pohon sagu, memarut sagu hingga membantu memasak menggunakan Bakar Batu, tetapi juga mengikuti tradisi kami menggunakan alat-alat tradisional, bahkan juga ikut mencicipi ulat sagu yang biasa dikonsumsi sebagai sumber protein untuk masyarakat tradisional,” imbuhnya.

Siang ini, para chef dari Qatar melakukan perkenalan makanan tradisional Qatar di SMKN 1 Jayapura. Siswa-siswi disuguhi Madrouba, bubur ayam tradisional Qatar yang kaya akan rempah-rempah seperti kunyit, cengkeh, kapulaga hijau, jinten dan lainnya yang dibuat oleh Chef Noof serta Ayam Mashkhuol, nasi basmati rempah yang dimasak dengan cara slow cook yang bahan utamanya adalah kayu manis, kapulaga hijau, saffron, air mawar, ketumbar dan lainnya yang biasa disajikan dengan selada dan saus tomat istimewa oleh Chef Hassan.

“Senang melihat antusiasme siswa-siswi SMKN 1 Jayapura. Kami berharap agar apa yang kami sajikan bisa memberikan inspirasi baru bagi mereka, para calon chef,” ujar Chef Noof.

Perjalanan para chef di Papua ini akan ditutup di acara outdoor cooking di ekowisata burung Cendrawasih di Isyo Hills, Nimbokrang. Para chef akan bisa langsung melihat 28 spesies dari 30 spesies burung Cendrawasih yang ada di Indonesia. 

Di kesempatan ini, Chef Hassan bersama dengan Chef Charles akan membuat hidangan manis dan gurih tradisional yang populer di Qatar, Balaleet. Merupakan pilihan sarapan yang populer, secara tradisional terdiri dari bihun yang dimaniskan dengan gula, kapulaga hijau, air mawar, dan kunyit, dan disajikan dengan telur dadar di atasnya.

Ragam cita rasa dan cara mengolah makanan tradisional yang dipadukan dengan sentuhan modern telah dirangkai dalam rangka bertukar budaya melalui kuliner dengan para chef dari Qatar. “Pada Culinary Journey ini, kami berusaha untuk menyajikan kayanya keanekaragaman hayati Indonesia.

Dimulai di Papua, kami memperlihatkan sumber pangan lokal yang mempunyai keanekaragaman (biodiversitas) flora tertinggi di dunia. Sedangkan Medan kami pilih sebagai representasi dari pertemuan berbagai budaya seperti Melayu, Tiongkok, India, Aceh, Minang, Jawa serta tradisional Batak.  

Lalu kami juga ingin mengangkat tradisi masak bersama (Mebat) untuk menyiapkan makan bersama sebagai cerminan ikatan bekerja sama atau gotong royong antara orang yang menjamu dan masyarakat lainnya di Bali melalui acara Megibung,” jelas Santhi Serad, Koordinator Program untuk Iftar dan Culinary Journey.

 

 

 

KEYWORD :

Kemendikbudristek Dirjen Kebudayaan Chef Hassan kuliner nusantara Qatar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :