Selasa, 30/04/2024 10:11 WIB

Fakta Memprihatinkan! Ini Tips Penting untuk Cegah Perundungan di Dunia Maya

Fakta Memprihatinkan! Ini Tips Penting untuk Cegah Perundungan di Dunia Maya

Seminar Mencegah Perundungan di Dunia Maya.

Pandeglang, Jurnas.com – Tak bisa dimungkiri, internet telah banyak menunjang kegiatan belajar para siswa. Beragam manfaat, mulai dari komunikasi hingga mendapatkan informasi bisa dilakukan lewat internet. Namun, sisi lain penggunaan internet bagi anak usia sekolah, ialah adanya fenomena perundungan siber (cyberbullying) yang kian marak.

Kepala Bidang Informasi Publik Dinas Komunikasi Informatika Sandi dan Statistik (Diskomsantik) Kabupaten Pandeglang Abdul Latif mengungkap hal itu, saat menjadi narasumber dalam diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Yayasan Sahabat Nurani Banten, di Desa Giri Jaya, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (22/6) sore.

Abdul Latif mengatakan, penelitian Center for Digital Society (CFDS) per Agustus 2021 bertajuk Teenager-Related Cyberbullying Case in Indonesia yang dilakukan kepada 3.077 siswa SMP dan SMA usia 13-18 tahun dari 34 provinsi di Indonesia, menyebut: 1.895 siswa (45,35 persen) mengaku pernah menjadi korban perundungan. Sementara 1.182 (38,41 persen) lainnya menjadi pelaku.

”Fakta memprihatinkan itu juga terkonfirmasi oleh laporan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2021-2022, yang menyebut tingkat penetrasi internet pada anak usia 13-18 tahun (99,16 persen). Dan sebanyak 90,61 persen anak usia 13-18 tahun tersebut mengakses internet melalui gawai,” sebut Latif dalam gelaran diskusi bertajuk ”Mencegah Perundungan di Dunia Maya” itu.

Dalam diskusi luring (offline) yang digelar "chip in" dalam acara Mitigasi Bencana Berbasis Komunitas itu, Abdul Latif menyebut cyberbullying paling banyak terjadi melalui media sosial. Platform media sosial yang jamak digunakan, yaitu aplikasi percakapan WhatsApp, Instagram, dan Facebook.

”Adapun perilaku cyberbullying yang paling sering dilakukan adalah kekerasan siber (harassment), pencemaran nama baik (denigration), serta pengucilan (exclusion),” jelas Abdul Latif dalam diskusi yang dipandu moderator Machmud Rusdy itu.

Abdul Latif menambahkan, cyberbullying dapat mempengaruhi mental, emosional, hingga fisik para korban. Untuk itu ia berpesan kepada remaja pengguna digital selalu waspada dan berhati-hati berada di dunia maya. ”Salah satu langkah mencegah cyberbullying, verifikasi informasi dan teman yang belum dikenal,” pungkasnya.

Sejak dua tahun silam, Kemenkominfo aktif menyelenggarakan program nasional untuk meningkatkan literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. Program Indonesia #MakinCakapDigital (IMCD) membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama. Yakni, kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital.

Dari perspektif etika digital, tutor PJJ Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH) Herman Purba mengatakan, doxing atau membagikan data personal seseorang ke dunia maya merupakan salah satu bentuk perundungan yang kerap terjadi di media digital. Bentuk lainnya, yakni: cyberstalking (memata-matai), revenge porn (balas dendam dengan menyebarkan foto/video vulgar), dan body shaming (penghinaan fisik).

”Cara mengatasinya, blok atau laporkan akun media sosial pelaku cyberbullying; keluar dari grup di mana perundungan terjadi; bijak membagikan foto, video atau konten di media sosial; serta tidak mengakses informasi yang dapat merugikan,” rinci Herman Purba.

Sementara influencer Inta Oceania mengatakan, perundungan dengan menggunakan teknologi digital sering terjadi di media sosial, platform percakapan (chatting), platform bermain game, dan ponsel. ”Cara mencegahnya, sesuaikan setelan privasi Anda di jejaring sosial, batasi informasi pribadi yang dapat dilihat orang lain, hati-hati dalam menambahkan daftar teman dan jejaring sosial,” pesannya.

Diskusi literasi digital di lingkungan komunitas merupakan salah satu upaya Kemenkominfo untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat (komunitas) menuju Indonesia yang Makin Cakap Digital.

Untuk diketahui, program #literasidigitalkominfo tahun ini mulai dilaksanakan sejak 27 Januari 2023. Program Kemenkominfo yang berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 18 mitra jejaring ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.

Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo.

KEYWORD :

Kemenkominfo Cyberbullying Internet Media Sosial Digital Pendidikan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :