Sabtu, 27/04/2024 22:23 WIB

Merasa Hidup Makin Susah, Warga Magelang Deklarasikan Serikat Kere Bangkit

Merasa Hidup Makin Susah, Warga Magelang Deklarasikan Serikat Kere Bangkit

Deklarasi Sarekat Kere Bangkit di Magelang, 11 Juni 2023. (Foto: Ist)

Magelang, Jurnas.com - Sekelompok orang berkumpul di Magelang, Jawa Tengah, 11 Juni 2023. mendeklarasikan SAREKAT KERE BANGKIT sebagai kelompok masyarakat yang sedang resah menjalani hidup di Indonesia.

Imam S Sangubanyu mengatakan, selama ini merasa sebagai rakyat kecil selalu menjadi korban peraturan kebijakan pemerintah. Sehingga sebagai rakyat masih jauh dari kesejahteraan dan kemakmuran

“Sawah tetanen (pertanian) dan kebon-kebonan (perkebunan) jarene sokone urip kanggo wong ndesa (katanya sebagai penopang hidup orang esa). Nyatanya justru sulit diandalkan. Ya jadinya kami susah cari uang, apalagi Sekolah mahal, apalagi BBM juga mahal,” katanya.

Dikatakan, negara ini didirikan supaya rakyat sejahtera tapi mereka selama ini semakin resah. Sebab makin banyak orang miskin.

“Akeh wong-wong rekasa golek nafkah keluarga (banyak orang merasa berat mencari nafkah untuk keluarga),” katanya.

Dikatakan, pekerjaan di mana-mana sulit. Umpono ono mung kanggo wong wong sekolahan (jika ada lowongan pekerjaan hanya untuk mereka yang berpendidikan).

Banyak duit negara tidak merata sampai ke rakyat. Para Pejabat Korupsi Trilyunan rupiah tapi kami masih terjebak dalam kondisi hidup Kere.

Sejarah Kere Terorganisir

Literatur sejarah tentang Indonesia mencatat, di Semarang pada 1919 berkumpul sejumlah orang dari anggota warga biasa yang sadar akan hak-haknya tapi tidak pernah kunjung diperoleh. Hidupnya jadi selalu resah. Didorong rasa resah mereka berkumpul membentuk Sarekat Kere. Keresahan itu diekspresikan aksi memperjuangkan, mengadvokasi jalur hukum, dan membela hak-hak kaum kere di Kota Semarang.

Sarekat Kere berjuang untuk kemajuan kehidupan kaum Miskin khususnya yang tidak mempunyai harta. Anggotanya orang-orang Bumiputera (pribumi) dan Cina. Syaratnya hanya satu: tidak punya harta.

Hadirnya organisasi kaum kere (miskin) awal abad ke-19 sebagai salah satu potret suasana pergerakan nasional yang sedang mengelora akan pentingnya lepas dari belenggu penjajah.

Golongan kere itu sadar berorganisasi sehingga tidak bisa dipandang remeh. Orang-orang Eropa yang saat itu menguasai sendi-sendi perekonomian di Hindia Belanda (Indonesia, waktu itu) terbalut takut karena mereka bersatu dan terorganisir.

Makan Bersama Sego Kluban

Di tengah acara deklarasi, para anggota SKB bernyanyi bersama dalam bingkai paduan suara. Mereka menyanyikan lagu “Pancen Unggul” yang merupakan gubahan dari lagu tradisional jawa “Gundul-Gundul Pacul”.

Selesai deklarasi para anggota SKB menyantap makan siang menu nasi kluban lauk tempe goreng. Makan bersama dilaksanakan secara guyub dan harmonis di lantai tanah kawasan perkebunan tersebut.

Titip Nasib kepada Pak Muhaimin

Di sela-sela acara santap nasi kluban, Imam SS menyatakan bahwa kelompok KERE BANGKIT menitipkan aspirasi agar diperjuangkan perbaikan nasib mereka agar menjadi lebih baik.

“Agar hidup kami menjadi lebih baik. Mohon Pak Muhaimin memperbaiki nasib kami,” katanya.

“Pak Muhaimin satu satunya yang kami harapkan agar kesedihan rakyat berubah jadi bahagia. Dari situ kami ingin pemimpin pak Muhaimin yang mengerti rakyat, karena beliau orangnya dekat dengan rakyat miskin,” pungkasnya.

Anggota SKB Ahmadi, saat ditanya perihal acara makan bersama tersebut mengatakan, bahwa aksi tersebut tersebut sebagai slametan untuk Pak Muhaimin.

“Slametane wong ndeso. Ben Pak Muhaimin kuat berjuang kanggo rakyat sejahtera , beliau tetep sehat bagas waras. Sehat dan slamet memimpin Indonesia,” kata Ahmadi.

KEYWORD :

Sarekat Kere Bangkit Miskin Sego Kluban Gus Muhaimin




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :