Rabu, 15/05/2024 20:16 WIB

Konflik Tak Kunjung Mereda, PBB Kirim Utusan Khusus ke Sudan

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, peristiwa yang terjadi di Sudan “belum pernah terjadi sebelumnya.
 

Gedung markas besar PBB difoto dengan logo PBB di wilayah Manhattan, New York City, New York, AS, 1 Maret 2022. (Foto: Reuters/Carlo Allegri)

JAKARTA, Jurnas.com - Koordinator bantuan darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Martin Griffiths ditunjuk untuk memimpin upaya badan internasional tersebut untuk menengahi krisis di negara Afrika Timur tersebut.

Pengumuman itu dikeluarkan saat kekerasan antara faksi militer yang bersaing di Sudan memasuki minggu ketiga, bahkan saat gencatan senjata diperpanjang pada hari Minggu selama 72 jam.

"Saya sedang dalam perjalanan ke wilayah tersebut untuk mengeksplorasi bagaimana kami dapat memberikan bantuan segera kepada jutaan orang yang hidupnya terbalik dalam semalam," kata Griffiths pada Minggu malam, setelah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menamainya sebagai utusan khusus.

"Skala dan kecepatan dari apa yang terjadi belum pernah terjadi sebelumnya di Sudan," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan penempatan segera”Griffiths.

Sekitar 500 warga sipil diperkirakan telah kehilangan nyawa mereka sejak konflik pecah di negara yang bergolak secara politik pada 15 April, antara pasukan tentara yang dikendalikan oleh Abdel Fattah al-Burhan dan mereka yang dikendalikan oleh Mohamed Hamdan Daglo – atau dikenal sebagai Hemedti – yang merupakan komandan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Pada Minggu (30/4) kedua belah pihak sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan selama 72 jam lagi, tetapi menuduh yang lain melakukan pelanggaran dan mempertahankan hak untuk menanggapi jika terjadi pelanggaran.

Tak satu pun dari gencatan senjata sebelumnya yang bertahan dengan kuat, karena kekerasan berlanjut di ibu kota negara, Khartoum – yang telah melaporkan pemadaman listrik yang meluas, serta kekurangan makanan dan air.

Mantan perdana menteri Sudan, Abdalla Hamdok memperingatkan pada Sabtu bahwa konflik bersenjata yang memburuk dapat memicu perang saudara besar-besaran, yang akan menjadi mimpi buruk bagi dunia.

"uhan melarang jika Sudan mencapai titik perang saudara yang tepat," katanya, berbicara di sebuah acara di Nairobi, Kenya.

Dia menambahkan bahwa dia yakin perang saudara di Suriah, Yaman, dan Libya akan menjadi "permainan kecil" dibandingkan dengan apa yang dia khawatirkan akan pecah di Sudan.

Sumber: RT

KEYWORD :

Konflik Sudan PBB Utusan Khusus




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :