Minggu, 05/05/2024 02:17 WIB

Presiden UHRP Nilai Pemerintah China Berniat Hapus Jejak Muslim Uighur

Diskusi tentang Uighur tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian PJMI untuk turut serta memperjuangkan hak-hak umat muslim yang tertindas di belahan dunia mana pun.

Ketua Umum Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) Ismai Lutan dalam diskusi publik bertajuk Memantik Solidaritas Umat Islam Menyikapi Pengekangan Hak Muslim Uighur di Hotel Balairung, Jakarta, Rabu (12/4/2023). Foto: pjmi/jurnas

JAKARTA, Jurnas.com - President of Uyghur Human Rights Project (UHRP) Omer Kanat mengatakan pengekangan beribadah umat Muslim Uighur oleh pemerintah China sudah berlangsung lama dan nyata adanya. Sekitar 2-3 juta orang yang  masuk kamp konsenstrasi dengan dalih pembinaan ideologi komunis tapi nyatanya di kamp tersebut terjadi penyikasaan dan cuci otak.

“Tujuannya  untuk memutus mata rantai kebudayaan nenek moyang Muslim Uighur, yang secara turun temurun beragama Islam, agar selaras dengan kebijakan pemerintah China,” kata Omer Kanat dalam diskusi publik  bertajuk “Memantik Solidaritas Umat Islam Menyikapi Pengekangan Hak Muslim Uighur” di Hotel Balairung, Jakarta, Rabu (12/4/2023).

Diskusi diselenggarakan Persaudaraan Jurnalis Muslim Indonesia (PJMI) bekerjasama dengan Perhimpunan Remaja Masjid Indonesia – Dewan Masjid Indonesia (PRIMA DMI).

“Secara etnis dan budaya kami berbeda dengan China. Secara turun temurun  nenek moyang kami memeluk Islam sejak abad ke 10, jauh lebih dahulu dari bangsa Indonesia. Kami ingin hidup sesuai tradisi kami,” tutur Kanat dalam bahasa Inggeris yang diterjemahkan oleh moderator Ahmad Arafat.

Selain Kanat ikut memberikan paparan Sekjen Dewan Masjid Indonesia KH. Imam Addaruqutni, aktivis Traveler Muslim Nanang Qosim, Ketum PJMI Ismail Lutan, Ketum PRIMA DMI Munawar Khalid,  Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga Komisi Luar Negeri dan Hubungan Internasional MUI Pusat (2015-2020) Dr. KH. Shobahussurur Syamsi, M.A.

Ditambahkan Kanat, pada kenyataannya, pemerintahnya (China-red) ingin menghapus jejak leluhur kebudayaan Uighur dan ingin menyelaraskan dengan  kebijakan (ideologi) pemerintah.

“Bahkan lebih dari 1000 Imam kami ditahan dan dimasukan ke dalam kamp konsentrasi,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. K.H. Shobahussurur Syamsi, M.A. dalam paparan tertulisnya mengatakan, masalah Uighur adalah problem umat Islam dunia.

Ia menyampaikan beberapa solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, di antaranya, para   ekspatriat Uighur di pengasingan, agar menyatukan tekad untuk membebaskan bangsanya dari kekuasaan China.

Membuat visi dan misi tentang bangsa Uighur baru yang mandiri dan berdaulat. Kemudian menetapkan pimpinan tertinggi yang mengorganisir perjuangan, dengan keterampilan dalam berdialog dengan berbagai bangsa.

Tahapan selanjutnya, tambah Syamsi,  aktivis Uighur tersebut harus melakukan dialog terus menerus dengan pihak China untuk mencari titik temu yang saling menguntungkan. Membuat tahapan-tahapan  perjuangan dari yang paling utama dengan mengangkat masalah pendidikan yang dianaktirikan sampai masalah ketimpangan sosial dan kebebasan berekspresi dan beragama.

“Saya menyarankan menghindari cara-cara kekerasan yang dilakukan kelompok-kelompok kecil Uighur supaya tidak timbul reaksi negatif tentang radikalisme dan terorisme. Juga harus mengirimkan putra putri terbaiknya belajar di Perguruan Tinggi luar negeri,” tambahnya.

 

Solidaritas Indonesia

Masyarakat Indonesia, lanjut Syamsi,  perlu mempelopori untuk menerima pelajar dan mahasiswa Uighur  belajar di perguruan tinggi di Indonesia dengan beasiswa yang dicarikan oleh pihak Indonesia. Kemudian memberikan bantuan pendampingan dalam hal komunikasi, dialog, dan pertemuan-pertemuan  dengan berbagai pihak.

“Di sini PJMI dapat berperan untuk menjembatani proses perdamaian antara China dan bangsa Uighur untuk mendapatkan solusi yang memadai. Kegiatan bisa berupa diskusi, seminar, dan dialog. Lobi-lobi dengan berbagai pihak agar diperbanyak dan lebih fokus ke arah terwujudnya perdamaian di kawasan Xinjiang itu,” anjur Syamsi.

Sedangkan Ketua Umum PJMI Ismail Lutan mengatakan, diskusi tentang Uighur tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian PJMI untuk turut serta memperjuangkan hak-hak umat muslim yang tertindas di belahan dunia mana pun.

Sebelumnya, PJMI juga telah mengundang Aqsa Working Group (AWG) berdiskusi di sekretariatnya. AWG memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina yang ditindas Israel.

“Ini adalah bagian dari semangat dan perjuangan PJMI untuk umat muslim yang tertindas,” tutup Ismail.

KEYWORD :

Uighur China Muslim Islam PJMI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :