Sabtu, 27/04/2024 22:17 WIB

Genjot Produktivitas OYPMK lewat Pelatihan Vokasional

Genjot Produktivitas OYPMK lewat Pelatihan Vokasional

Ilustrasi pembuatan serbuk jahe (Foto: Unsplash)

Jakarta, Jurnas.com - Komitmen NLR Indonesia memberdayakan para Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) terwujud dalam project Desa Inklusi, yang bekerja sama dengan organisasi Sehati di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Project tersebut tidak hanya melibatkan para OYPMK dengan membentuk sejumlah kelompok yang disebut Self-Help Group (SHG), namun juga mengajak berbagai unsur masyarakat mulai dari pemerintah desa, keluarga, hingga masyarakat.

Koordinator Project Desa Inklusi, Joko Sudarsono mengungkapkan implementasi project ini salah satunya mengadakan pelatihan vokasional bagi para OYPMK di dua desa, yakni masing-masing Desa Ngasinan dan Desa Kamal.

Di Desa Ngasinan, misalnya, para OYPMK mendapatkan pelatihan membuat serbuk jahe instan. Selama prosesnya, Joko menggandeng pendamping desa untuk melatih para OYPMK tersebut, sehingga produknya bisa dijual ke masyarakat.

"Mereka diajari cara membuat jahe instan. Kayak minuman jahe instan, jadi tinggal seduh. Pelatihannya dengan narasumber pendamping desa," terang Joko saat dihubungi Jurnas.com pada Jumat (13/1) lalu.

Kini, lanjut Joko, para OYPMK itu sudah bisa memproduksi sendiri serbuk jahe. Satu kali produksi dengan bahan tiga kilogram jahe mentah, mereka rata-rata bisa menghasilkan 300 bungkus serbuk jahe.

"Nantinya dijual per kemasan Rp1.000. Yang memasarkan termasuk dari pemerintah desa, pendamping desa, juga kader PKK," ujar Joko.

Lain lagi di Desa Kamal. Para OYPMK di desa tersebut mendapatkan pelatihan membuat bawang goreng dan ternak kambing. Bahkan, desa turut mengeluarkan anggaran dari Dana Desa, untuk pembelian kambing yang selanjutnya dibagikan kepada masing-masing kelompok.

"Sistemnya, kambing diserahkan desa ke kelompok, jadi pertanggungjawabannya ke kelompok, karena kambing itu statusnya milik kelompok. Nanti, jika ada kambing yang melahirkan, satu anaknya harus dikembalikan ke kelompok, agar yang lain ikut kebagian," tutur dia.

Joko mengatakan, project ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri OYPMK, yang merasa minder melakukan interaksi sosial di tengah masyarakat. Apalagi stigma dari masyarakat dan keluarga masih kerap kali terjadi.

Joko menyontohkan, salah satu OYPMK yang bergabung ialah Warsono, OYPMK yang mengalami disabilitas berat. Namun, Warsono bertekad mengikuti project ini agar dirinya bisa semakin terbuka kepada masyarakat.

"Prinsipnya jangan sampai OYPMK yang mengalami hal seperti dia alami. Dia sempat koma, amputasi. Dia ingin jangan lagi ada yang mengalami kusta seperti dia, karena tidak patuh berobat," tutup dia.

Dilansir dari laman NLR Indonesia, kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae. Kendati menular, kusta hanya akan menular jika terjadi kontak langsung dan berulang-ulang dalam waktu lama. Dan kusta tidak akan menular jika OYPMK sudah menjalani pengobatan.

"Kusta tidak dapat menular jika seseorang hanya bersentuhan sekali atau dua kali dengan pasien kusta," demikian bunyi keterangan tersebut.

Adapun pengobatan MDT (multi-drug-therapy) disediakan oleh pemerintah secara gratis dan tersedia di seluruh puskesmas, dengan durasi pengobatan enam hingga 12 bulan. OYPMK yang telah meminum dosis pertama MDT tidak lagi memiliki daya tular.

Diketahui, NLR Indonesia merupakan organisasi nirlaba di bidang penanggulangan kusta dan konsekuensinya, termasuk mendorong pemenuhan hak anak dan kaum muda penyandang disabilitas akibat kusta dan disabilitas lainnya. Saat ini NLR Indonesia telah melakukan kemitraan strategis dengan berbagai pihak di 12 provinsi.

KEYWORD :

OYPMK Joko Sudarsono Pelatihan Vokasional Desa Inklusi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :