Minggu, 28/04/2024 05:41 WIB

Kementan Berbagi Pengalaman Kendalikan Flu Burung di Forum Internasional

Kementan Berbagi Pengalaman Kendalikan Flu Burung di Forum Internasional.

Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan, Indonesia sebagai salah satu negara endemis berhasil mengendalikan flu burung (Avian Influenza/AI) melalui program vaksinasi oleh World Organization for Animal Health (WOAH/OIE).

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Nuryani Zainuddin dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (29/10).

"Atas keberhasilan tersebut, Indonesia diundang untuk berbagi pengalaman dalam pengendalian HPAI H5N1 pada pertemuan High Pathogenicity Avian Influenza-Vaccination Strategies to Prevet and Control HPAI: Removing Unnecessary Barierr for Usage," kata Nuryani.

Kegiatan ini diselenggarakan International Alliance for Biological Standarization (IABS) dan World Organization for Animal Health (WOAH/OIE) di Paris, Perancis pada 25-26 Oktober 2022.

Lebih lanjut Nuryani mengatakan, pada pertemuan yang dihadiri lebih dari 140 peserta para pakar virologi dan epidemiologi AI, serta berbagai pemangku kepentingan dari berbagai negara, Indonesia memaparkan strategi vaksinasi flu burung.

Pertemuan tersebut dilaksanakan karena saat ini industri perunggasan dihadapkan dengan ancaman global penyakit flu burung jenis HPAI H5Nx clade 2.3.4.4b yang sejak Oktober 2020 menyebabkan wabah di beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Amerika.

Nuryani mengatakan, penyebaran virus tersebut tidak terkendali karena melibatkan burung-burung migrasi dan sebagian besar terjadi di negara-negara yang belum melakukan vaksinasi flu burung. Namun demikian, ia menegaskan, berdasarkan data surveillans, virus HPAI H5Nx clade 2.3.4.4b ini belum ditemukan pada ternak unggas di Indonesia.

Menurut Nuryani, vaksinasi dapat menjadi alat yang berguna untuk pencegahan dan pengendalian virus flu burung. Akan tetapi, penggunaannya masih dilarang atau dibatasi di banyak negara.

Ia pun berpendapat, penggunaan vaksinasi flu burung yang tepat dapat meningkatkan keberlanjutan produksi unggas, meningkatkan kesejahteraan hewan, mengurangi kerugian ekonomi, dan mengurangi risiko infeksi pada manusia.

Nuryani juga menyampaikan, vaksinasi bukan penghalang perdagangan antar negara sepanjang dapat dibuktikan bahwa tidak ada infeksi virus dan ini dibuktikan dengan hasil surveilans.

"Hal ini terbukti dengan diterimanya unggas dan produk turunannya yang telah diekspor ke beberapa negara, seperti Jepang, Singapura, Myanmar, Timor Leste dan negara lainnya," imbuhnya.

Sementara itu, Hendra Wibawa, Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Kementan sebagai perwakilan dan utusan Indonesia dalam pertemuan tersebut mengatakan, Komite Sains IABS meminta Indonesia menyampaikan pembelajaran pengendalian flu burung menggunakan vaksinasi di negara endemis.

"Kami jelaskan bahwa strategi vaksinasi  flu burung di Indonesia tetap memperhatikan perkembagan dan dinamika virus  flu burung yang terus bermutasi," kata Hendra.

Hendra juga menyampaikan, selain vaksinasi, pengendalian flu burung di Indonesia difokuskan pada penguatan surveilans deteksi virus pada peternakan dan rantai perunggasan termasuk pasar unggas hidup, peningkatan biosekuriti peternakan, komunikasi dan edukasi kepada stakeholders, khususnya peternak, serta peningkatan unit peternakan dan usaha terkait untuk sertifikasi kompartemen bebas  flu burung.

"Pengalaman Indonesia tentang vaksinasi diapresiasi forum pertemuan internasional tersebut, sehingga melahirkan beberapa rekomendasi penting tentang pertimbangan vaksinasi pada negara-negara yang sebelumnya hanya mengandalkan strategi stamping-out untuk pemberantasan AI," ungkap Hendra.

"Vaksinasi diyakini memberikan proteksi langsung bagi unggas dan bisnis perunggasan, tetapi juga memberikan keamanan terhadap potensi kerugian ekonomi dan risiko penularan pada manusia," imbuhnya.

Hendra pun mengungkapkan, komite sains dan peserta pada pertemuan tersebut memberikan apresiasi kepada Indonesia yang terus berusaha meningkatkan unit peternakan/produksi berbasis kompartemen bebas  flu burung.

Selain itu forum juga merekomendasikan agar vaksinasi  flu burung di negara endemis harus memiliki program surveilans yang menjamin bahwa perkembangan dan dinamika virus  flu burung terus dimonitor secara genetik dan antigenik, sehingga vaksin yang digunakan tetap update dengan virus-virus yang bersirkulasi.

KEYWORD :

Flu Burung Avian Influenza Ditjen PKH Nuryani Zainuddin




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :