Sabtu, 11/05/2024 03:09 WIB

BPDPKS dan Aspekpir Kenalkan Budidaya Sapi Pola Siska ke Petani Sawit Plasma

Siska merupakan suatu program yang mengintegrasikan ternak dalam hal ini sapi potong dengan tanaman perkebunan kelapa sawit.

Workshop budi daya sapi dengan pola Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) bagi petani sawit plasma di Palu, Sulawesi Tengah. Foto: dok. jurnas

PALU, Jurnas.com - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaam Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia berkolaborasi mengenalkan manfaat ekonomi dan bisnis budidaya sapi melalui pola Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) bagi petani sawit plasma di Sulawesi Tengah.

Seratusan petani plasma kelapa sawit anggota Aspekpir Indonesia di Sulawesi Tengah diberikan workshop UKMK Berbasis Kelapa Sawit selama tiga hari.

Siska merupakan suatu program yang mengintegrasikan ternak dalam hal ini sapi potong dengan tanaman perkebunan kelapa sawit dengan konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah Rudy Dewanto mengatakan budidaya sapi pola Siska belum begitu familiar bagi petani sawit di Sulawesi Tengah sehingga belum bergitu berkembang.

“Harapan kami sangat besar terhadap sistem Siska ini,” kata Rudy Dewanto melalui keterangan resmi yang diterima jurnas.com, Sabtu (27/4/2024).

Di Provinsi Sulawesi Tengah, luas perkebunan kelapa sawit yang tercatat mencapai 150.000 hektare atau hampir satu persen dari luas perkebunan kelapa sawit nasional yang mencapai 16 juta hektare dan tersebar di sejumlah kabupaten dengan kemampuan produksi tandan buah segar mencapai 400.000 ton per tahun.

Dia menjelaskan kehadiran Ibu Kota Nusantara akan berdampak meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk daging sapi yang harus disiapkan karena bertambahnya jumlah orang yang akan tinggal di kawasan IKN.

Dr. Rusman Heriawan, Wakil Menteri Pertanian era 2011-2014 menjelaskan jika jumlah populasi sapi dalam rentang waktu 2013-2023 menurun dari 13,13 juta ekor menjadi11,32 juta atau menurun 13,79%. Pulau Jawa masih mendominasi jumlah populasi sapi, Tahun 2023 sebesar 5,23 juta ekor (46,19%) dari total Indonesia. Sulawesi Tengah 207,3 ribu atau 1,83%.

Siska menjadi komponen penting dalam mendukung implementasi Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) sesuai  Inpres No. 6 tahun 2019.

Siska yang diperkenalkan tahun 2010, hingga kini kasih belum berkembang luas. Para pemilik kebun masih ragu adanya dampak negatif Siska seperti penyebaran genoderma, pemadatan tanah, walaupun banyak studi/kajian telah mematahkan keraguan ini.

Tenaga Ahli Menteri Pertanian Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., IPU mengatakan Integrasi sapi dalam perkebunan sawit memberi manfaat nyata dari aspek ekonomi dan lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Anwar Sadat, Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS menjelaskan jika BPDPKS senantiasa mendukung kegiatan budidaya sapi melalui sistem Siska melalui berbagai program kolaborasi.

Program-program tersebut adalah pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, promosi, peremajaan sawit rakyat, sarana dan prasarana, pemenuhan kebutuhan pangan, hilirisasi industri perkebunan kelapa sawit dan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati.

Sutoyo, Bendahara Umum Aspekpir Indonesia mengatakan, organisasinya sangat konsen mengembangkan budidaya sapi melalui pola Siska.

“Pola Siska ini sudah berkembang di sejumlah sentra sawit pola plasma di Indonesia,” katanya.

KEYWORD :

Aspekpir Siska Kelapa sawit Sapi BPDPKS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :