Senin, 29/04/2024 06:14 WIB

Tak Biasa, Israel Bayar Kompensasi Kepada Keluarga Tahanan Palestina-Amerika yang Tewas

Tak Biasa, Israel Bayar Kompensasi Kepada Keluarga Tahanan Palestina-Amerika yang Tewas

Para pelayat membawa jenazah Omar Asaad, 80, saat pemakamannya di desa Jiljiliya, Tepi Barat, utara Ramallah, pada 13 Januari 2022 (File: Nasser Nasser/AP)

JAKARTA, Jurnas.com - Israel mengatakan telah mencapai penyelesaian untuk memberikan kompensasi kepada keluarga seorang lansia berdarah Amerika Palestina yang meninggal dalam penyerangan militer Israel di desa Jiljilya di pinggiran Ramallah, Tepi Barat yang diduduki 

Penyelesaian itu menandai kasus kompensasi yang jarang terjadi atas klaim Palestina terhadap dugaan kesalahan oleh pasukan Israel. Kematian pria itu juga menyebabkan kritik Amerika Serikat (AS) yang sama langkanya terhadap Israel.

"Mengingat keadaan unik peristiwa malang itu," Kementerian Pertahanan Israel mengatakan telah setuju untuk membayar keluarga Omar Abdulmajeed Asaad 500.000 shekel ($ 141.000).

Pada Januari, Asaad, 80, sedang dalam perjalanan pulang ketika tentara Israel menghentikannya selama operasi militer. Keponakannya mengatakan tentara memborgol, menutup matanya dan menyeretnya ke tanah.

Asaad, yang telah tinggal di AS selama empat dekade, dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit setelah warga Palestina yang ditahan lainnya menemukannya tidak sadarkan diri. Tidak jelas kapan tepatnya ia meninggal.

Keluarga Asaad mengajukan klaim terhadap negara di pengadilan Israel.

Militer Israel mengeluarkan pernyataan langka tahun ini setelah protes dari pemerintah AS. Mereka menyebut insiden itu sebagai "peristiwa yang menyedihkan dan tidak menguntungkan, akibat dari kegagalan moral dan pengambilan keputusan yang buruk di pihak tentara".

Dikatakan satu petugas ditegur dan dua petugas lainnya dipindahkan ke peran non-komando atas insiden tersebut.

Keadilan dan kompensasi bagi warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel atau mati dalam tahanan adalah hal yang tidak biasa.

Pada Mei, jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh, 51, ditembak dan dibunuh saat meliput serangan Israel di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Pada saat itu, reporter Palestina-Amerika mengenakan helm dan jaket antipeluru yang ditandai dengan jelas tulisan pers.

Militer Israel mengatakan ada kemungkinan besar jurnalis tersebut secara tidak sengaja terkena oleh tembakan dari seorang tentara Israel. Penyelidikan itu dikritik oleh pejabat Palestina, juru kampanye hak asasi manusia, dan keluarga Abu Akleh.

Israel mengatakan tidak akan meluncurkan penyelidikan kriminal atas pembunuhannya. Kematian Abu Akleh memicu kemarahan internasional dan seruan dari keluarganya dan pendukung kebebasan pers untuk penyelidikan independen.

Pejabat tinggi AS, termasuk Presiden Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, juga menyerukan "pertanggungjawaban" ketika ditanya tentang kasus tersebut. Al Jazeera telah merujuk kasus Abu Akleh ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.

Sumber: Al Jazeera

KEYWORD :

Konflik Israel dan Palestina Omar Abdulmajeed Asaad Tepi Barat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :