Selasa, 07/05/2024 07:38 WIB

Brigpol J: Pelaku atau Korban?

Seksolog Zoya Amirin menyuarakan komentar serius terkait reaksi dunia maya terhadap peristiwa dugaan pelecehan seksual yang dialami Istri dari Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo yang diduga dilakukan oleh ajudan sendiri.

Ilustrasi polisi (Foto: Medcom/ M Rizal)

Jakarta, Jurnas.com - Seksolog Zoya Amirin menyuarakan komentar serius terkait reaksi dunia maya terhadap peristiwa dugaan pelecehan seksual yang dialami Istri dari Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri, Irjen Ferdy Sambo yang diduga dilakukan oleh ajudan sendiri.

Lewat unggahan video di Channel Youtube Zoya Amirin berjudul `Brigpol J: Pelaku atau korban?` Minggu (17/7), Zoya meminta warganet segera mengakhiri tudingan dan opini-opini yang justru akan semakin memperkeruh keadaan.

"Saya disini bukan berkapasitas untuk membela pihak manapun. Fokus saya adalah soal pelecehan seksual, karena menurut saya, komentar para netizen kian hari kian menjadi `Victim Blaming` (menyudutkan korban kekerasan, red)," ujar Zoya.

Menurutnya, posisi istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi (PC) adalah korban yang disudutkan atau tersudutkan.

"Siapapun pelakunya, budaya `victim blaming` adalah dasar yang paling besar untuk membentuk Rape Culture. Kerena bagi saya, pembunuhan sadis, kekerasan seksual tidak akan terjadi kalau tidak adanya Victim Blaming,” katanya.

“Ketika orang bilang, akh enggak mungkin terjadi kekerasan, perkosaan atau pelecehan seperti ini, lihat dong kedudukannya? Kemudian ada yang bilang perkosaan hanya terjadi pada perempuan yang gak baik, ini yang menurut saya sangat-sangat keliru," tegasnya.

Ia juga sempat menyoroti salah satu komentar netizen yang Ia anggap menyudutkan korban. Di mana, ada netizen yang mengatakan `terus menerus menagis karena harus menjelaskan apa yang terjadi, ini menunjukkan sang isteri mau lepas tanggungjawab`.

Menurutnya itu adalah hal yang lucu. Dengan menangis, kata dia, sejatinya korban tidak harus menjelaskan secara tuntas. Ia menjelaskan, ada individu yang ketika shock menjadi menangis, ada yang langsung minta bantuan, dan ada yang marah saat menerima pelecehan seksual.

"Nah dalam kasus ini, ada dua kejadian traumatis menurut saya, pertama dengan kejadian pelecehan, kemudian kedua trauma atas kejadian penembakan. Jadi plis jangan menyalahkan korban, kita jangan membudayakan Victim Blaming," paparnya.

Zoya menegaskan, kekerasan dan pelecehan seksual akan terjadi kepada siapa saja, tidak melihat jenderal atau pejabat rendahan. Karena baik pelaku dan korban bisa terjadi pada siapapun.

"Karena ada beberapa kategori dalam pelecehan seksual itu, pertama pelaku yang ingin bertujuan memepermalukan dan menyakiti. Kemudian tipe pelaku yang ingin menunjukkan kekuasaan, bahwa dia itu jago dan ingin membuktikan diri sendiri. Ketiga, adalah pelaku yang cemburu dan bertindak brutal bahkan melakukan tindakan sadis dalam memperkosa korban," katanya.

"Ada tipe kompetisi, pelaku yang ingin menunjukkan bahwa dia tidak bisa disaingi. Pada intinya semua perkosaan terjadi karena suatu paksaan. Saya berfikir mari sama-sama menghormati proses hukumnya dan tinggalkan budaya Victim Blaming," sambungnya.

KEYWORD :

Brigadir Polisi J Polisi Tembak Polisi Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :