Jum'at, 26/04/2024 23:26 WIB

Hati-hati, Jokowi Sebut Semua Negara Tidak Pada Posisi Aman

Hati-hati, Jokowi sebut semua negara tidak pada posisi aman.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan arahan pada Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional Ke-29 Tahun 2022, di Medan, 7 Juli 2022.

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bahwa semua negara saat ini tidak berada pada posisi yang aman-aman saja imbas pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.

"Sekarang, semua negara tidak berada pada posisi yang aman-aman saja. Hati-hati mengenai ini," kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada puncak peringatan ke-29 Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Medan, Kamis (7/7).

Presiden Jokowi mengatakan, dalam 2,5 tahun terakhir Indonesia telah menghadapi pandemi COVID-19 yang sampai saat ini belum rampung. Negara lain, kata Jokowi, pun masih mengalami lonjakan kasus yang signifikkan.

"Negara-negara lain masih tinggi COVID-19-nya. Kita alahmdulillah meskipun masih berada pada posisi rendah. Inilah tugas kita untuk tetap harus waspada jangan sampai naik lagi," kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi menegaskan, apabila pandemi COVID-19 bisa dikendalikan, maka percepatan pemulihan ekonomi nasional bisa lebih mudah digencarkan.

Selain pandemi COVID-19, kata Presiden Jokowi, masalah lain yang juga harus diperhatikan adalah perang antara Ukraina dan Rusia karena  menyangkut energi, pangan, minyak, dan gas, yang akan memperngaruhi semua negara di dunia.

"Hati-hati mengenai perang Ukraina karena ini menyangkut energi, pangan,minyak dan gas, yang akan memperngaruhi semua negara di dunia. Minyak saat normlal dulu sebelum pandemi harganya 60 dolar per barel, sekarang ini 110-120 dolar per barel," ungkap Presiden Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, meksi kenaikan inilah berimbas pada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pemerintah masih bertahan untuk tidak menaikkan harga Pertalite.

"Negara lain BBM, bensiN itu sudah berada di angka Rp 31 ribu. Jerman dan Singapura 31 ribu. Thailand sudah Rp 20 ribu. Kita masih 7 .650 karena apa? disubsidi oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," terang Jokowi.

Ia mengatakan, subsidi ini akan diberikan mengikuti ABPN.

"Kalau sudah tidak kuat, mau bagaimana lagi ya kan. Kalau BBM naik ada yang setuju? Pasti semua akan ngomong tidak setuju. Tapi ingat bahwa kita itu masih impor separuh kebutuhan kita 1,5 juta barel minya dari luar masih impor. Kita juga kita impor gas gede banget," tuturnya.

Selain minyak dan gas, pangan juga mengalami kenaikan. Bahkan, harga pangan dunia mengalami kenikan 30 sampai 50 persen imbas dari perang Rusia-Ukraina. Tapi menurutnya, Indonesia masih beruntung karena para petani masih berproduksi.

"Untungnya kita ini alhamdullah rakayat kita, utamnya petani masih memproduksi beras, dan sampai saat ini harganya belum naik. Moga-moga tidak naik karena stoknya selalu ada," kata Presiden Jokowi.

Walaupun begitu, Presiden Jokowi meminta tetap waspada karena semua komoditas pangan dunia naik utamaya gas dan gamdum. "Kita juga impor gandum gede banget, 11 juta ton. Ini hati-hati, yang suka makan roti, mie, bisa harganya naik," kata Mentan Jokowi.

Presiden Jokowi mengatakan produksi gandum hampir 40 persen berada di Ukraina, Rusia, dan Belarusia. Namun, akibat perang, mereka jadi tak bisa mengekspor demi mengutamakan kebutuhan dalam negeri.

Bahkan, untuk memastikan hal tersebut, Jokowi bertanya langsung kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertanyaan ini diajukannya saat berkunjung ke dua negara tersebut beberap awaktu lalu.

"Di Ukraina saja ada stok gandum waktu ke sana saya tanya langsung ke Presiden Zelenskyy berapa stok yang ada di Ukraina. 22 juta ton. Setop enggak bisa dijual. Kemudian ada panen baru ini, 55 juta ton artinya stoknya sudah 77 juta ton," ungkapnya.

 

KEYWORD :

Harganas Joko Widodo Pandemi COVID-19 Perang Rusia-Ukraina Gandum Gas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :