Jum'at, 03/05/2024 10:20 WIB

Cegah Stunting, Kepala BKKBN Dorong Pengelolaan Sampah di Tingkat Keluarga

Cegah Stunting, Kepala BKKBN Dorong Pengelolaan Sampah di Tingkat Keluarga

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo saat membuka Workshop Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Anorganik Lingkungan Sehat Keluarga Sejahtera Kabupaten Kulon Progo 2022, Selasa (17/5).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor penyebab anak menjadi stunting.

"Ternyata faktor terpenting yang bisa mempengaruhi kesehatan anak dan ibu adalah lingkungan (faktor sensitif)," kata Hasto saat membuka Workshop Manajemen Pengelolaan Limbah Domestik Anorganik Lingkungan Sehat Keluarga Sejahtera Kabupaten Kulon Progo 2022, Selasa (17/5).

Hasto menjelaskan, stunting disebabkan oleh tiga faktor. Faktor pertama yang menyebabkan stunting adalah suboptimal health atau kurang optimalnya kesehatan karena lingkungan yang tidak bersih dan sehat.

Ia menyebutkan, ada dua faktor yang mempercepat penurunan stunting, yaitu faktor sensitif dan spesifik. Faktor sensitif adalah lingkungan yang bersih dan sehat.

"Faktor sensitifnya itu lingkungan yang bersih dan sehat, jambannya baik, airnya baik tidak tercemar oleh sampah dan pengaruhnya itu (faktor sensitif) 70 persen dalam mencegahan stunting," ujarnya.

Menurut Hasto, pengeloaan sampah baiknya dilakukan di hulu. Pasalnya, jika mampu dikelola di hulu maka akan terjadi zero residue, sehingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak cepat penuh. "Dimulai dari hulu, hulunya adalah keluarga rumah tangga," jelasnya.

Hasto mengatakan, memilah sampah sejak awal penting dilakukan di tingkat keluarga. Ia pun beraharap di tingkat keluarga bisa menjalankan 3R (reduce, reuse, recycle).

"Ketika 3R jalan di tingkat keluarga, maka pemberdayaannya berjalan. Sebetulnya lingkungan sehat, keluarga sejahtera, kan kita berharap bahwa sampah juga membawa kesejahteraan sehingga 3R itu menjadi dukungan besar," tuturnya.

Faktor stunting yang kedua adalah suboptimal nutrition atau tidak optimalnya nutrisi. Anak yang mengalami stunting kebanyakan tidak mendapatkan makanan yang cukup.

"Yang mencegah stunting itu adalah protein. Dan kalau pun terpaksa harus makan mi, ya nggak apa-apa, tapi harus ditambahkan protein seperti telur dan ikan," kata Hasto.

Faktor stunting terakhir adalah suboptimal parenting atau pola asuh yang salah. Orang tua kerap membuat stres anak dengan memarahi dan menakut-nakuti.

"Anak harus digembirakan dan orang tua tidak boleh egois memperlakukan anaknya. Orang tua pedomannya didiklah anak cucumu sesuai dengan zamannya karena dia tidak dilahirkan di zamanmu," tutur Hasto.

Di tempat yang sama, Bupati Kulon Progo, Sutedjo mengatakan, persoalan kesehatan banyak juga disebabkan oleh pengelolaan sampah. Baik tidaknya pengelolaan sampah akan berdampak pada kesehatan.

Ia mengatakan, penanganan kebersihan melalui pengeloaan sampah akan menghasil tingkat kesehatan yang baik dan tingkat kesehatan yang baik akan menghasilkan generasi penerus yang baik pula.

"Oleh karena itu, salah satu komponen untuk mendapatkan generasi penerus yang baik seperti ini supaya penanganan stunting ini serius," ujar Sutedjo.

Di Kulon Progo, kata Sutedjo, penanganan persoalan stunting tidak hanya ketika seorang bayi lahir lalu diberi nutrisi cukup dan makanan yang cukup. Penanganannya justru dilakukandilakukan sejak calon orang tua akan menikah.

"Ibatnya orang bertani kita tidak hanya sekedar memelihara tanaman sudah tumpuh, tapi sejak pengelolaan tanah. Makanya yang kita lakukan sejak calon ayah, calon suami, dan calon istri," ujarnya.

Karena itu, Kulon Progo sejak awal bekerja sama dengan Kementerian Agama untuk menyiapkan calon ibu dan calon ayah supaya betul-betul menjadi tanah yang siap untuk ditanami.

"Makanya sekarang ini kita sudah tiga tahun, ya makan kemudian kita sudah berhasil menurunkan stunting. Angka 14 persen itu target yang harus dicapai nasional 2024. Hari ini Kulon Progo sudah 12 persen atau terendah di DIY," jelasnya.

Ia juga menyampaikan, perkembangan terakhir pernikahan dini di Kulon Progo tahun terakhir turun 30 persen. "Jadi, sebelumnya pernikahan dini 120. Hari ini kita hanya 80 persen," ujarnya.

KEYWORD :

Stunting BKKBN Hasto Wardoyo Pengelolaan Sampah Kulon Progo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :