Senin, 06/05/2024 03:07 WIB

Tekan Impor, Kementan Dorong Pengembangan Gula Merah

Potensi pengembangan gula dalam negeri ini luar biasa. Hal ini ditandai dengan Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar di zaman kolonial.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi mendorong konsumsi gula merah untuk mengurangi ketergantungan gula pasir.

"Saya mengajak saudara-saudaraku semua sekarang diversifikasi gula putih ke gula aren. Gula merah kita bisa produksi sebanyak-banyaknya," kata Dedi pada MSPP Kurangi Ketergantungan Impor Gula, Jumat (18/3).

Dedi mengatakan, potensi pengembangan gula dalam negeri ini luar biasa. Hal ini ditandai dengan Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar di zaman kolonial.

"Kita adalah negara kepulauan. Kita adalah negara yang garis pantainya terpanjang di dunia karena pulaunya kurang lebih dari 17 ribu. Artinya kelapa tumbuh di mana-mana dan itu adalah sumber gula kita," jelas Dedi.

Bukan hanya itu, lanjut Dedi, Indonesia juga mempunyai tanaman enau (aren) yang tumbuh sendiri tanpa ditanam di dataran tinggi. Tanaman ini juga bisa dimanfaatkan menjadi gula aren.

"Jadi, bagaiman caranya mengatasi impor? Ya, tanam. Tanam itu tebu. Enau tidak usah ditanam tumbuh sendiri apalagi kalau ditanam. Di saat yang sama bikin gula merah itu jadi olahan agar berdaya saing," ujarnya.

Terpisah, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengusulkan untuk mengembangkan gula kelapa dan gula aren.

"Sebenarnya jangan terlalu banyak mengandalkan gula tebu. Jadikan peluang untuk mengembangkan gula kelapa. Pohon kelapa kita kan banyak tersebar," tuturnya.

Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Ardi Praptono mengatakan, neraca konsumsi gula pasir mengalami defisit kurang lebih 600 ribu ton. Dari kebutuhan gula konsumsi 2,8 juta saat ini yang baru diproduksi 2,2 juta ton.

Ia  meyampaikan, pihaknya melakukan program percepatan swasembada gula konsumsi tahun 2023. Di antaranya, melakukan ekstensifikasi berupa penambahan areal baru sejumlah 50 ribu hektare, yang diharapkan ada peningkatan gula konsumsi sejumlah 359 ribu ton GKP.

Selain itu, pihaknya juga akan melakukan intensifikasi bongkar ratoon sejumlah 75 hektare dan diharapkan tiap tahunnya akan menghasilkan 178 ribu ton GKP. Demikian dengan rawat ratoon seluas 125 ribu hektare juga akan menghasilkan sejumlah 178 ribu ton GKP.

"Sehingga total hasil dari ekstensifikasi dan intensifikasi yang diperoleh 676 ribu ton GKP. Ini target yang ingin kita capai dari tahun 2020-2023," ujarnya.

Duta Petani Milenial Banten, Sarnata mengatakan, Indonesia, khususnya di Banten memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah salah satunya komoditas aren.

"Selain itu, ternyata jumlah petani aren di Banten itu 13 ribu orang. Artinya keterlibatan petani aren di perdesaan cukup besar," ujarnya.

Ia mengatakan, petani aren selama ini belum banyak yang melakukan inovasi, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara produktivitas yang besar dengan pendapatan petani.

"Solusi kami, dari satu komaditas aren kita buat gula aren semut. Tidak sampai di situ kita buat minuman serbuk rempah herbal seperti gula jahe, gula kunyit, gula temulawak, gula cair, gula aren koin. Artinya di sini adanya diversifikasi produk yang kami lakukan," jelasnya.

Menurut, Sarnata, dengan melakukan inovasi tersebut, maka umur masa simpan aren akan lebih lama dari biasanya, memberikan nilai tambah, dan memberikan provit yang lebih tinggi.

"Pengemasan produk ini akan memecahkan masalah umur simpan yang bisa tahan hingga setahun. Kemudian distribusi juga akan lebih luas dan jauh," terangnya.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya, kata ia adalah melakukan standarisasi dan sertifikasi." Baik izin kesehatan, halal dan uji laboratorium memberikan kepercayaan dari luar untuk membeli produk kita," tegasnya.

KEYWORD :

Impor Gula Aren Dedi Nursyamsi Kepala BPPSDMP Duta Petani Milenial Sarnata




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :