Senin, 29/04/2024 09:35 WIB

Presiden Niger Sambut Pergerakan Militer Asing ke Perbatasan

Presiden Niger Mohamed Bazoum menyambut baik perpindahan pasukan khusus Prancis dan Eropa ke wilayahnya dari Mali, untuk meningkatkan keamanan di dekat perbatasan dengan negara tetangganya.

Pasukan khusus Prancis (Foto: Aljazeera)

Niamey, Jurnas.com - Presiden Niger Mohamed Bazoum menyambut baik perpindahan pasukan khusus Prancis dan Eropa ke wilayahnya dari Mali, untuk meningkatkan keamanan di dekat perbatasan dengan negara tetangganya.

Komentar Bazoum muncul pada Jumat (18/2) datang sehari setelah Perancis dan sekutu Eropa mengumumkan penarikan pasukan dari Mali, guna memerangi kelompok bersenjata yang beroperasi di bagian barat wilayah Sahel Afrika.

"Tujuan kami adalah mengamankan perbatasan kami dengan Mali," kata Bazoum di Twitter dikutip dari Aljazeera. Dia memperkirakan ancaman dari kelompok bersenjata akan meningkat di daerah itu setelah kepergian pasukan.

"Daerah ini akan semakin ramai dan kelompok teroris akan semakin kuat. Kami tahu bahwa mereka ditakdirkan untuk memperluas pengaruh mereka," imbuh Bazoum, seraya menambahkan pasukan yang dikerahkan akan mampu menanggapi ancaman dari kelompok bersenjata di daerah tersebut.

Sekitar 2.400 tentara Prancis yang merupakan bagian dari pasukan yang dikerahkan di Mali untuk memerangi kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS), dan sekitar 900 pasukan khusus dalam satuan tugas Takuba yang dipimpin Prancis, diperkirakan akan meninggalkan Mali dalam beberapa bulan mendatang.

Niger, Mali dan Burkina Faso berjuang untuk menahan kelompok-kelompok bersenjata yang telah membunuh ratusan hingga jutaan orang mengungsi, dan membuat petak-petak wilayah di tiga perbatasan wilayah Sahel Afrika Barat yang tidak dapat dikendalikan.

Maikol Zodi, seorang pemimpin gerakan yang telah memimpin protes terhadap pasukan asing di Niger, mengatakan pada Kamis lalu bahwa kehadiran pasukan asing itu ilegal.

"Tidak dapat diterima dan tidak dapat ditoleransi untuk menerima pemindahan ini di wilayah kami. Jika mereka melakukannya, kami akan memperlakukan mereka sebagai pasukan pendudukan," tegas Zodi.

Diketahui, Mali berjuang untuk mendapatkan kembali stabilitas sejak 2012, ketika pemberontak etnis Tuareg dan kelompok bersenjata yang bersekutu merebut dua pertiga bagian utara negara itu.

Pasukan dari bekas kekuatan kolonial Prancis melakukan intervensi dan membantu mengalahkan kelompok bersenjata pada tahun 2013, tetapi para pejuang berkumpul kembali di padang pasir dan mulai melakukan serangan reguler terhadap tentara dan warga sipil.

Sejak itu mereka telah mengekspor metode mereka ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger di mana kekerasan telah meroket dalam beberapa tahun terakhir, meninggalkan krisis kemanusiaan yang parah di belakangnya.

Prancis memiliki sekitar 4.300 tentara di wilayah Sahel, termasuk 2.400 di Mali. Apa yang disebut kekuatan Barkhane juga terlibat di Chad, Niger, Burkina Faso dan Mauritania.

KEYWORD :

Mohamed Bazoum Niger Pasukan Asing Mali




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :