Sabtu, 27/04/2024 06:04 WIB

Rizal Ramli Sambangi Pelaku UMKM dan Ulama Cililin

Usai memanjatkan syukur kepada Sang Ilahi, pria kelahiran 10 Desember 1954 itu melanjutkan agendanya ke Pondok Pesantren Darul Imtiyaz, Cililin. Di lokasi sudah ada ratusan warga dari berbagai kalangan menanti kehadiran Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tersebut. Meski cukup banyak yang hadir, protokol kesehatan tetap dijalankan dengan baik.

Tokoh nasional Rizal Ramli saat bertemu ulama di Ponpes Darul Imtiyaz, Cililin, Jawa Barat. (Foto: Dok. Ist)

Cililin, Jurnas.com - Meski hujan deras terus mengguyur Jakarta pada Jumat (11/2) lalu, tokoh nasional Rizal Ramli tetap keukeuh melakukan perjalanan ke Cililin, Bandung Barat untuk menyambangi beberapa pelaku UMKM, ulama, tokoh masyarakat, dan emak-emak.  

Setiba di Waroeng Ayam Bakar Ma`lela, Jl. Raya Cililin KM 18 No. 100, Kec. Cililin,  Kab. Bandung Barat pada Pkl.17.30, tampak pemilik rumah makan, Dedi dan puluhan orang sudah menanti kehadiran ekonom yang terkenal dengan jurus “rajawali ngepret” dan “rajawali bangkit” itu.

Belum juga menghilangkan rasa penat selama perjalanan dari Jakarta menuju daerah yang khas dengan makanan wajit itu, Rizal Ramli sudah dilontarkan pertanyaan dan juga berbagai keresahan masyarakat berkaitan dengan kondisi bangsa hari ini.  

Diskusi-pun berlanjut. Sesaat kemudian, lantunan Adzan Maghrib-pun berkumandang sangat merdu menghentikan perbincangan. Rizal Ramli dan beberapa orang bergegas mengambil wudhu guna menunaikan shalat berjemaah. Tokoh Gerakan Anti Kebodohan (GAK) di masa pemerintahan Orde Baru ini yakin betul bahwa kesuksesan dalam sebuah perjuangan selalu ada campur tangan Sang Khalik.

Usai memanjatkan syukur kepada Sang Ilahi, pria kelahiran 10 Desember 1954 itu melanjutkan agendanya ke Pondok Pesantren Darul Imtiyaz, Cililin. Di lokasi sudah ada ratusan warga dari berbagai kalangan menanti kehadiran Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tersebut. Meski cukup banyak yang hadir, protokol kesehatan tetap dijalankan dengan baik.

Pengasuh Pondok Pesantren Darul Imtiyaz, H Gungun menyambut Rizal Ramli dengan antusias, dan mengarahkannya menuju Masjid di area pondok, tempat yang sudah disediakan untuk diskusi santai.

Sebelum acara berlangsung, gema Adzan Isya berkumandang menjadi pengingat bahwa segala kegiatan bisa berhasil atas restu Allah SWT. Rizal Ramli bersama peserta diskusi yang beragama Islam kembali menunaikan kewajiban untuk shalat secara berjemaah yang dipimpin langsung Ustadz Sariyono dari Cipongkor. Setelah itu, Ustadz Sariyono mendoakan salah satu sahabat dekat Gus Dur itu secara natural berharap Sang Pencipta memberikan ridho bagi Rizal Ramli segera memimpin Indonesia.

Usai memanjatkan doa, acara yang dinanti-pun tiba. Diskusi dipandu langsung Sukmahari, mantan aktivis mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Berbeda dengan diskusi pada umumnya, sang moderator menggunakan pola dengan cara warga langsung bertanya dan menyampaikan keresahannya, tanpa diawali prolog dari narasumber. Suasana memang menjadi sangat hidup dan banyak sekali peserta diskusi yang ingin berbicara langsung dengan tokoh yang kerap dijuluki “Lokomotif Perubahan” itu.

Kesempatan pertama diawali Ustadz Sariyono. Ia mengaku seperti dalam mimpi berjumpa dan berinteraksi  langsung dengan Rizal Ramli. Karena, selama ini ia hanya bisa melihat di media. Ia-pun kagum dengan komentar dan kritikan yang selalu disertai solusi dari mantan Anggota Tim Panel Bidang Ekonomi PBB itu. Bagi Ustadz Sariyono, semua pernyataan Rizal Ramli selalu mewakili kegelisahan rakyat kecil.

“Tidak menyangka saya bisa berjumpa langsung dengan Bang Rizal. Selama ini saya hanya lihat di media. Saya senang betul dengan Bang Rizal, karena kalau bicara selalu bersentuhan dengan keresahan-keresahan masyarakat. Abang juga selalu memberikan solusi yang terbaik. Sayang, pemerintah gak pernah dengar dan menjala nkan nasihat Abang,” sesal Ustadz Sariyono.

Selanjutnya, moderator memberikan waktu bagi peserta diskusi untuk menyampaikan pertanyaan. Ada yang bertanya seputar kemudahan kredit bagi UMKM yang dianggap hanya pepesan kosong, kelangkaan minyak goreng, pendidikan yang semakin mahal karena pembelajaran online di era pandemic Covid-19 menggunakan kuota internet yang mahal, dan sebagainya.

Namun, yang tak dinyana oleh Rizal Ramli adalah banyak juga warga yang bertanya soal isu nasional, seperti, pemindahan Ibu Kota Negara yang dianggap tidak urgent mengingat situasi perekonomian Negara yang tidak bagus, system presidential threshold yang menyebabkan demokrasi menjadi rusak lantaran masyarakat tak bisa mengusung figure yang bisa membawa perubahan, hingga masalah penggusuran warga Desa Wadas yang menjadi alarm bahwa konflik agraria di Indonesia bakal massif.

“Saya tak menyangka warga begitu memperhatikan isu nasional yang terjadi sekarang ini,” ujar Rizal Ramli.        

Meski demikian, Rizal Ramli tak pungkiri bahwa warga Cililin sangat cerdas dan begitu kritis dalam melihat segala hal sejak zaman kemerdekaan. Bila budaya kritis itu tetap terjaga dengan baik, niscaya akan menghasilkan banyak pejuang yang mampu menciptakan perubahan.

“Banyak pejuang kemerdekaan yang berasal dari Cililin dintaranya tokoh pendidikan Jawa Barat alm Bapak Raksanagara,” sebut Rizal Ramli.

Namun, sambung Rizal Ramli, tantangannya pada era kini adalah sikap kritis masyarakat seolah tak didengar oleh pemerintah. Ironisnya, keresahan masyarakat dan solusi-solusi yang dipaparkan ahli dalam menjawab keresahan masyarakat dikaburkan dengan narasi-narasi pendengung social media yang dibayar. Padahal, perilaku BuzzerRp menambah persoalan bangsa, karena berpotensi memecah belah masyarakat.

“Kita saat ini terjerembab dalam berbagai masalah multi-dimensi: ekonomi, terutama kemerosotan daya beli rakyat, masalah sosial dan pemerintahan yang semakin jauh dari cita-cita Proklamasi kemerdekaan membuat rakyat cerdas dan sejahtera. Rakyat justru dibuat terpecah dan dibuat tidak cerdas dengan narasi-narasi  bodoh dan menyesatkan yang dikembangkan oleh influenceRP, buzzeRP dan pollsteRP,” sesal Rizal Ramli.

“Rekayasa pembodohan itu sengaja dikembangkan supaya kita semua melupakan masalah-masalah riel yang dihadapi mayoritas bangsa kita. Terlena dengan isu radikal-radikul, sehingga melupakan korupsi dan KKN yang semakin masif, rontoknya daya beli rakyat dan ketidak-adilan yang semakin mencolok,” tukas Rizal Ramli.

“Menghadapi berbagai masalah itu, memerlukan kepemimpin di berbagai level yang memiliki niat yang baik, amanah dan bersih sehingga bisa membuat dan melaksanakan kebijakan yang berpihak pada rakyat dan menciptakan kemakmuran rakyat,” tandas Rizal Ramli.

KEYWORD :

Rizal Ramli Cililin Bandung UMKM ulama pondok pesantren Darul Imtiyaz




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :