Sabtu, 27/04/2024 01:50 WIB

BKKBN Dorong Bidan Gencarkan Pemakaian Alat Kontrasepsi Pasca Persalinan

Banyak PUS, yang setelah melahirkan masih mau menunda kehamilan dua sampai tiga tahun mendatang tetapi enggan memakai alat kontrasepsi.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dokter Hasto Wardoyo mengukuhkan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo sebagai Bunda Genre (Generasi Berencana), sekaligus menjadi Duta Penurunan Stunting dilakukan di The Royal Surakarta Heritage, Kamis (23/12).

Jakarta, Jurnas.com – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mendorong para bidan di desa untuk menggencarkan pemakaian alat kontrasepsi pasca persalinan pada pasangan usia subur (PUS).

"BKKBN mendorong para bidan sebagai community leader di desa-desa bisa memberikan penyuluhan bagi PUS tersebut," ajak Hasto pada webinar Manfaat Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom pada Pasangan Usia Subur dan Dampak Psikologisnya, Kamis (10/2).

Hasto mengatakan, KB pasca persalinan masih cukup rendah. Banyak PUS, yang setelah melahirkan masih mau menunda kehamilan dua sampai tiga tahun mendatang tetapi enggan memakai alat kontrasepsi.

Karena itu, Hasto menyarankan pada PUS untuk mengombinasikan Metode Amenore Laktasi (MAL) dan pemakaian kondom pasca melahirkan. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan spacing (penjarakan) kehamilan untuk mencegah kematian ibu.

"Kita juga punya pekerjaan rumah untuk menurunkan kematian ibu. Jangan lupa kita harus menyukseskan KB pasca persalinan dalam rangka agar angka kematian ibu tidak meningkat," kata Hasto.

"Pernah terjadi kenaikan yang mengejutkan di 2007 sudah 228 per 100 ribu kelahiran. Kita terkejut pada 2012 menjadi 359 dan tentu hampir 80 persen mereka lahir di bidan sebetulnya persalinannya. Maka, peran bidan penting sekali dalam rangka menurunkan angka kematian ibu," tambahnya.

Kemudian, Hasto juga menyampaikan, berdasarkan Pendataan Keluarga Tahun 2021 angka yang terkait dengan Total Fertility Rate (TFR) itu mengalami penurunan menjadi 2,24. Artinya meskipun kemarin diduga akan terjadi baby boom ternyata tidak terjadi angkanya 2,24.

"Ini kerja keras bidan sebetulnya, ketika dari tahun ke tahun menurunkan TFR ini sampai angka sekarang 2,24. Bukan lagi 2,4 ya itu tahun 2017," kata mantan bupati Kulon Progo itu.

Sementara itu, Psikolog Klinik dan Sex Educator Inez Kristanti mengatakan, psikologis pemilihan alat kontrasepsi yang dilakukan kedua belah pihak PUS memberikan dampak yang baik bagi keharmonisan rumah tangga.

Menurutnya, penggunaan kontrasepsi merupakan cara untuk meningkatkan kesetaraan dalam hubungan. Salah satunya dalam memilih metode kontrasepsi bersama-sama. "Jadi, ada peran laki-lakinya dan perempuannya," ujarnya.

"Itu termasuk ke dalam asertivitas seksual kalau di dalam istilah psikologisnya. Jadi, si perempuan dan laki-laki mempunyai peran yang setara dapat bekerjasama sebagai tim untuk menentukan kontrasepsi yang tepat," sambung Inez.

KEYWORD :

Hasto Wardoyo BKKBN alat kontrasepsi pasca persalinan kematian ibu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :