Sabtu, 27/04/2024 02:43 WIB

Nihil Prestasi Pemicu Elektabilitas Airlangga Sulit Dikerek

Tak leluasa bergerak dalam kabinet

Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP Partai Golkar

Jakarta, Jurnas.com - Tak adanya prestasi yang menonjol dinilai sebagai problem utama dalam mengerek elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, untuk diusung sebagai calon dalam pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024.

Padahal sosok Airlangga sudah gencar disosialisasikan kepada publik dalam setahun terakhir. Namun daya keterpilihannya masih sangat kecil, hanya kisaran 1 persen.

Berdasarkan hasil survei Voxpol Center misalnya, tingkat keterpilihan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian itu cuma 0,8 persen. Nilainya lebih rendah lagi dalam hasil riset Indikator Politik Indonesia, hanya meraup 0,2 persen. Apa sebenarnya yang terjadi?

Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menilai hal tersebut menunjukkan sulitnya mengerek elektabilitas Airlangga. Padahal, dia memegang beberapa jabatan strategis dan telah memasang baliho di sejumlah daerah.

"Susah (meningkatkan elektabilitas Airlangga) karena sekarang ini, kan, yang paling penting itu bagaimana mengeluarkan prestasi juga. Jadi kalau enggak ada prestasi, enggak ada sesuatu yang bisa dipercakapkan orang, apalagi yang bersangkutan ritmenya itu-itu saja," ucap Ray saat dihubungi wartawan pada Senin (17/1/2022).

"Jadi, sekalipun membuat baliho, spanduk di mana-mana, nanti mungkin iklan di berbagai media televisi, ya, ada kenaikan, tapi enggak signifikan. Bahkan, boleh jadi enggak sebanding dengan (dana) yang dikeluarkan," imbuhnya.

Ray Rangkuti menilai Airlangga takkan memiliki prestasi dan menjadi perbincangan publik karena masih menjadi pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keterikatan tersebut tidak membuatnya luwes.

"Dalam kacamata saya, dalam pandangan saya, kalau Pak Airlangga berada dalam posisi bagian dari anggota kabinet itu akan sangat sulit beliau menggeliatkan pandangan-pandangan politiknya. Itu sesuatu yang sangat dibutuhkan pada saat ini," bebernya.

"Tapi, kan, enggak mungkin juga Pak Airlangga keluar dari kabinet. Kita enggak tahu, kan, apakah mau keluar ataukah tidak," sambungnya.

Rai menyebut Airlangga masih memiliki waktu hingga 2023 untuk memoles reputasinya. Namun, jika setahun menjelang pemilihan presiden (pilpres) kenaikan elektabilitasnya tidak signifikan atau di bawah 5 persen, maka bakal berdampak negatif terhadap partai.

"Kalau tetap elektabilitasnya setahun naik 2-3 persen, bagi saya, sudah enggak ada harapan lagi," tegasnya.

Ray menilai perlu dicarikan jalan keluar lain ketika elektabilitas Airlangga sudah mentok di bawah. "Jadi, jangan dipaksakan karena akan berimbas terhadap elektabilitas partai."

Imbas lanjutannya, kata Ray adalah munculnya konflik internal Partai Golkar. Sebab ademnya internal partai saat ini bukan jaminan Golkar solid.

"Itu (Internal Golkar yang sedang adem) tidak dengan sendirinya tidak akan konflik kalau misalnya seperti yang saya bilang tadi, ada orang yang merasa terlalu memaksakan sampai Pak Airlangga didorong terus sebagai calon presiden. Mungkin secara internal akan ada penolakan," tandas Ray Rangkuti.

KEYWORD :

Airlangga Hartarto Pilpres Partai Golkar Ray Rangkuti




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :