Rabu, 15/05/2024 22:22 WIB

Yuk Kenali Sumber Utama Penyebab BBLR hingga Stunting

Peran bidan yang berada di wilayah dengan prevalensi stuntingnya tinggi, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Barat (Sulbar) jauh lebih besar.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo saat menjadi narasumber pada Rakernas Ke-VII IBI Tahun 2021, yang mengusung tema Peningkatan Peran Bidan dalam Pelayanan KB dan Akselerasi Penurunan Stunting, Jumat (10/12).

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, perempuan yang hamil di bawah usia 20 tahun dan anemia merupakan sumber utama penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) hingga stunting.

Demikian kata Hasto saat menjadi narasumber pada Rakernas Ke-VII IBI Tahun 2021, yang mengusung tema "Peningkatan Peran Bidan dalam Pelayanan KB dan Akselerasi Penurunan Stunting", Jumat (10/12).

"Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, bayi lahir prematur sebanyak 29,5 persen, dan BBLR sebanyak 11,7 persen. Ini adalah sumber utama stunting," papar Hasto.

Karena itu, Hasto mengingatkan bahwa peran bidan yang berada di wilayah dengan prevalensi stunting cukup tinggi, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Barat (Sulbar) jauh lebih besar.

"Apa yang selama ini kita lakukan tidak cukup hanya dengan faktor spesifik, bidan juga perlu communicator leader agar lingkungannya jadi lebih baik. Ekosistem juga mempengaruhi faktor dari Kesehatan ibu dan bayi yang akan lahir," kata Hasto.

Hasto juga menyampaikan, BKKBN memiliki program sebelum menikah, di antaranya pembekalan kesehatan reproduksi (kespro), dan check up kesehatan tiga bulan sebelum nikah. Khusus para suami agar menyiapkan prakonsepsi dengan waktu 75 hari untuk menyiapkan sperma berkualitas.

"Apabila ibu kurang sehat berpengaruh pada cucu nantinya karena tiga generasi. Pertumbuhan janin harus dikawal karena terjadi organogenesis, kemampuan dasar dari bayi dimulai dari 1000 hari pertama kelahiran bayi," kata Hasto.

Selanjut, BKKBN membentuk pendamping keluarga yang dibantu bidan melakukan pendampingan sekaligus memberikan pelayanan kesehatan, TP PKK Desa melakukan koordinasi dan informasi, kader KB melakukan identifikasi dan pendampingan, serta menemukan keluarga beresiko stunting.

Sebelumnya, Hasto mengucapkan terima kasih kepada Ikatan Bidan Indonesia (IBI) atas kesempatan menjadi narasumber yang diberikan dalam Rakernas tersebut.

"Kami atas nama BKKBN mengucapkan terima kasih dan bersyukur Alhamdulillah bisa bertemu dengan IBI secara lengkap di dalam Rakernas dan kami tentu berteri makasih telah diberi kesempatan," ujar Hasto.

Hasto mengatakan, potensi bidan di seluruh Indonesia baik secara kualitas, kuantitas, maupun posisi strategis sangat luar biasa. Secara geografis, bidan tersebar di seluruh Indonesia dan cukup merata dari sisi jumlah.

"Ikatan Bidan Indonesia (IBI) juga melahirkan satu jiwa-jiwa kepemimpinan yang sungguh luar biasa. Karena kita melihat bersama bahwa di dalam IBI ini menjadi organisasi yang sangat solid adalah pengurus yang ditingkat daerah, ditingkat pusat, kemudian juga cabang," tambahnya.

KEYWORD :

Bayi Prematur Stunting BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :