Jum'at, 26/04/2024 20:10 WIB

Angka Anmet Need Masih Tinggi di Indonesia

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkannya melalui pasangan yang baru menikah dan KB pasca persalinan (PP) dan pasca keguguran (PK).

Logo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (Foto: Supianto/ Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo meminta penyuluh menggenjot pencapaian akseptor Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan.

"Penyuluh KB dan seluruh jajaran BKKBN masih harus terus bekerja keras meningkatkan capaian akseptor KB baru maupun akseptor KB aktif, karena unmet need masih di angka 12,4 persen," ujar Hasto saat membuka Workshop Metode Penyuluhan Keluarga Berencana bagi Penyuluh KB secara daring, Rabu (8/9).

Unmet need atau proporsi wanita usia subur berstatus kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai kontrasepsi. Menurut Hasto, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkannya melalui pasangan yang baru menikah dan KB pasca persalinan (PP) dan pasca keguguran (PK).

"Penyuluh KB harus tahu seperti misalnya untuk KB pasca persalinan sebaiknya menggunakan kontrasepsi apa. Pasca persalinan bisa menggunakan progesterone only pil agar Ibu bisa tetap menyusui. jangan sampai penyuluh tidak mengetahui hal dasar dan penting seperti ini," jelasnya.

"Kemudian juga hari ini begitu melahirkan bisa langsung juga menggunakan implant/susuk dan tentu saja kontrasepsi non hormonal seperti IUD ( intrauterine device/alat kontrasepsi dalam rahim)," sambungnya.

KB Pasca Persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan metode/alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/ 6 minggu setelah melahirkan, sedangkan KB Pasca Keguguran merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat/obat kontrasepsi setelah mengalami keguguran sampai dengan kurun waktu 14 hari.

"Apabila kita bertanya pada Ibu yang baru melahirkan, apakah tahun ini ingin hamil lagi? pasti akan dijawab tidak, tapi kemudian ditanya lagi apakah mau menggunakan kontrasepsi, banyak yang menjawab tidak juga. Sehingga banyak terjadi kehamilan yang tidak direncanakan atau belum ingin hamil (unwanted pregnancy), maka saya berpesan agar KB pasca persalinan ini bisa sukses dan kita lebih agresif lagi meski di tengah pandemi,"tambahnya.

Workshop Metode Penyuluhan Keluarga Berencana bagi Penyuluh KB merupakan kerja sama DKT Indonesia dan Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana Indonesia (IPeKB) kegiatan ini akan dilaksanakan secara daring di 12 Provinsi.

Hadir dalam pembukaan workshop, Country Director / CEO, DKT Indonesia Juan Enrique Garcia; Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Eni Gustina, Deputi Bidang Pelatihan Penelitian dan Pengembangan, Rizal Martua Damanik, Penyuluh KB Utama, Dwi Listyawardani dan Ketua DPP IPeKB, Fatah Triyana.

Mengakhiri sambutannya, Hasto menyampaikan apresiasi dan terimakasih pada DKT yang telah memberikan dukungan pada BKKBN melalui workshop dan pelatihan seperti ini.

"Pemerintah harus bekerjasama dengan swasta, perguruan tinggi dan NGO untuk mensukseskan program pelayanan ditengah masyarakat, saya juga berharap DKT bisa menghasilkan produk yang mendukung KB pasca persalinan," kata Hasto.

KEYWORD :

Unmet Need BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :