Sabtu, 27/04/2024 02:02 WIB

Ditjen Hortikultura Susun Manajemen Tanam Bawang Merah Berbasis Kebutuhan Riil

 Padahal, jika bawang merah surplus, maka harusnya harga jenis sayuran favorit dalam dunia kuliner sepanjang sejarah peradaban itu tetap stabil.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyantot. (Foto: Humas Horti)

Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura), Kementerian Pertanian (Kementan) menyusun manjemen tanam bawan merah berbasis kebutuhan riil hingga ke level kabupaten. Tujuannya untuk mengatasi kelangkaan bawang merah dan membuka pasar.

Direktur Jenderal Hortikultura (Dirjen Hortikultura), Prihasto Setyanto mengatakan, bawang merah secara nasional selalu surplus. Terakhir pada 2019, bawang merah nasional sekitar 1,58 juta ton sedangkan kebutuhan hanya 1,35 juta ton.

Meksi bawang merah selalu surplus, namun harga komoditas tersebut tetap mahal. Seharunya, jika bawang merah surplus, maka harga jenis sayuran favorit dalam dunia kuliner tersebut tetap stabil.

"Jadi kesalahan adalah pertanaman bawang merah ini tidak merata sepanjang tahun," kata Prihasto pada acara Virtual Literacy "Raup Untung dengan Budidaya Bawang Merah Asal Biji/TSS" di Jakarta, Kamis (25/6).

Fenomena itulah yang mendorong Ditjen Hortikultura untuk menyusun manajemen tanam komoditas hortikultura, salah satunya ialah bawang merah yang berbasis kebutuhan riil sampai ke level kabupaten.

"Saya contohkan, di Kabupaten Mamuju kebutuhan bawang merahnya untuk Juni 2020 sekitar 81 hektare berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan restoran katering," ujar Prihasto merujuk pada Rancangan Pola Tanam Bawang Merah Tahun 2020.

"Jika seandainya tanaman bawang merah tidak mencapai angka itu, maka kemungkinan besar akan terjadi defisit di Mamuju. Kabupaten lainnya yang surplus bawang merah pun bisa mengisi kekurangan tersebut," sambungnya.

Karena itu, kata pria yang biasa disapa Anton itu, manfaat lain dari manjemen tanam selain untuk menjaga agar harga bawang merah tetap stabil ialah untuk mengetahui potensi pasar sekitar.

"Suatu saat kita bisa melihat oh kabupaten A sekarang surplus (banyak tertanam) ada 400 hektare di sana tertanam, padahal kebutuhannya hanya 100 hektare. Artinya 300 hektare itu bisa didistribusikan ke kabupaten lainnya yang tidak memiliki bawang merah," ujar Anton.

Jadi, inilah gunakanlah manjemen tanam berdasarkan kebutuhan reil yang disusun Ditjen Hortikultura yang harapannya ke depan bisa digunakan untuk mengambil kebijakan.

"Dan, kami menyusun bukan cuman bawang merah tapi juga manajemen untuk cabai dan sayuran lainnya. Jadi ini kita gunakan sebagai bahan untuk digunakan dalam hal pengambilan keputusan dan peluang pasar," kata Anton

KEYWORD :

Manajemen Tanam Bawang Merah Fenomena Bawang Merah Prihasto Setyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :