Sabtu, 27/04/2024 08:07 WIB

Iran Sebut Serangan Minyak Dirancang untuk Memicu Konflik

Mohammad Javad Zarif datang seteleh tensi di Teluk terus meningkat karena pasukan militer Amerika menuju ke wilayah tersebut dan di tengah sejumlah serangan terhadap infrastruktur minyak.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif

Teheran, Jurnas.com - Para pejabat Iran menuduh "garis keras" di Amerika Serikat dan di tempat lain berusaha mengatur insiden untuk meningkatkan ketegangan di Negeri Para Mullah saat pemimpin tertinggi negara itu memastikan tidak ada perang dengan AS.

Tuduhan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif datang seteleh tensi di Teluk terus meningkat karena pasukan militer Amerika menuju ke wilayah tersebut dan di tengah sejumlah serangan terhadap infrastruktur minyak.

Empat kapal di antaranya dua Saudi, satu Norwegia dan satu Emirati dirusak di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA) pada Minggu (12/5). Insiden yang terjadi di pelabuhan Fujairah disebut UEA sebagai bentuk sabotase.

Insiden itu sekitar 140 km dari selatan Selat Hormuz, di mana sekitar sepertiga dari semua minyak yang diperdagangkan melalui laut melintas.

"Kami berbicara tentang kebijakan yang berusaha diterapkan para garis keras di pemerintahan AS dan di kawasan itu," kata Zarif kepada televisi pemerintah Iran di India setelah pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj, Selasa (14/5).

"Kami menyuarakan keprihatinan atas kegiatan mencurigakan dan sabotase yang terjadi di wilayah kami. Kami sebelumnya mengantisipasi bahwa mereka akan melakukan kegiatan semacam ini untuk meningkatkan ketegangan," sambungnya.

Di hari yang sama, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, tidak akan ada perang dengan AS meskipun kekhawatiran meningkat. Ia juga menegaskan Iran tidak akan bernegosiasi dengan AS untuk kesepakatan nuklir baru.

"Tidak akan ada perang. Bangsa Iran telah memilih jalur perlawanan. Baik kita maupun mereka tidak mencari perang. Mereka tahu itu bukan untuk kepentingan mereka," sambungnya.

Sejauh ini, rincian dugaan sabotase kapal minyak masih belum jelas. Sementara itu pejabat UEA menolak mengatakan siapa yang mereka duga bertanggung jawab.

Seorang anggota parlemen Iran, Mohammad Javad Jamali menuduh negara-negara tak dikenal di wilayah itu berusaha menyeret Trump untuk melakukan perang dengan Iran.

"Saya pikir pembicaraan tentang ledakan di Fujairah hanyalah skenario tergesa-gesa dan banyak kekurangan. Siapa pun yang berdiri di belakang ini mendorong rencana yang gagal," kata Jamali.

Fatemeh Aman, seorang rekan senior di Pusat Asia Selatan Dewan Atlantik, mengatakan serangan terhadap kapal-kapal itu mungkin telah direncanakan sebagai dalih untuk memulai konflik dengan Teheran.

"Serangan pada kapal-kapal itu dapat diprediksi dan tampaknya dirancang untuk berfungsi sebagai dalih untuk menyerang Iran. Setiap insiden atau sabotase selalu dikaitkan dengan Iran, bahkan jika Iran tidak terlibat," ungkapnya.

"Musuh-musuh bebuyutan Arab Saudi dan Iran telah menggunakan kekuatan proksi di wilayah tersebut untuk memajukan aspirasi mereka," sambungnya.

KEYWORD :

Arab Saudi Iran Amerika Serikat Pelabuhan Fujairah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :