Mesin uap dalam rancangan busana muslim kekinian (Foto: Ecka Pramita)
Jakarta - Suasana era mesin uap mencakup industrialisasi, manufaktur, dan semua isinya tergambarkan dalam koleksi bertajuk Age of Steam karya M. Firman, fashion designer asal Bandung.
Firman dari dulu suka cerita stimpang seperti era digital elektronik dibanding teknologi kekinian. "Sejak dulu aku senang baju stimpang, ingin menjadikan karya busana muslim," ujar lulusan Islamic Fashion Institute (IFI).
Baju muslim yang ada sekarang menurut Firman biasa sekali. "Saya ingin mendapatkan DNA, struktur yang punya ciri khas. Tapi karena saya laki-laki yang ingin buat baju muslim perempuan, khawatir kalau salah, akhirnya saya pilih belajar fashion," ucap Firman yang mendapat apresiasi The Best Performance.
Karya busana yang dekonstruktif yang menampilkan pandangan mengenai kerja keras dari suatu kegiatan pabrik dengan mengacu pada tren forescasting Neo Medival dengan sub tema armory.
Firman memilih jacket unfinish oversize, pemilihan siluet on-line nuansa warna coklat, hijau, dan biru mendominasi koleksi yang disempurnakan oleh sentuhan material printing unik motif koran era mesin uap.
Material stone washed denim, babu canvas dan linen dengan pemilihan siluet on-line diberikan untuk memperkuat karakter seorang pekerja keras yang praktis dan gesit.
"Kesulitannya membuat supaya tetap lebih avant garde Tapi kaidah muslim tetap ada. Baju yang bisa menutup aurat, itu cukup sulit. Saya juga ubah menjadi lebih feminin.
Firman mengaku senang sekali menjadi best performance. "Saya suka membuat sesuatu yang menyenangkan. Persiapan dari awal membuat sketsa, revisi, banyak bolak-balik. Digital printing sendiri, saya usaha digital printing. Ada ide apa, saya bikin desain sendiri.
Kelak, pengagum karya John Daliano ini ingin mengembangkan brand yang sudah dibangun sendiri dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki selama belajar di IFI.
KEYWORD :Tema Mesin Uap Islamic Fashion Institute
