Jum'at, 26/04/2024 19:46 WIB

Kemristekdikti Dorong Litbang Teknologi Energi Terbarukan

Untuk meningkatkan komposisi EBT dalam bauran energi, Kemristekdikti sudah melihat paling tidak tiga hal yang harus didorong dalam Litbang.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) juga memiliki peran penting dalam menopang target bauran energi yang dicanangkan pemerintah. Karena itu, Kementerian ini semakin mendorong penelitian dan pengembangan (litbang) dalam bidang teknologi energi baru terbarukan  (EBT) guna memastikan tercapainya target bauran 23 persen EBT di 2025.

"Pemerintah berupaya memenuhi target pemenuhan listrik 35.000 Megawatt, nah tugas di Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi ada di riset dan pengembangan untuk bisa mendorong khususnya pengembangan teknologi energi baru terbarukan untuk memenuhi target bauran 23 persen," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir di Jakarta, Senin (9/1).

Menristekdikti mengatakan target bauran EBT belum tercapai dengan baik karena di 2015 diketahui baru mencapai lima persen. Sedangkan di 2016 baru tercapai sekitar tujuh persen. Untuk meningkatkan komposisi EBT dalam bauran energi, Kemristekdikti sudah melihat paling tidak tiga hal yang harus didorong dalam Litbang.

Pertama, mendorong teknologi dalam pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) atau geothermal. Bersama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Nasir mengatakan, telah membuat Pusat Kajian Geothermal dengan hasil mampu mengembangkan 60 persen tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk teknologi atau suku cadang PLTPB.  "Harapannya bisa semakin meningkat menjadi 80 persen dalam waktu dekat," ujarnya.

Teknologi EBT kedua yang perlu didorong pengembangannya, menurut Nasir, untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Tidak hanya persoalan memproduksi sel suryanya saja tetapi juga penyimpanan energinya. Yang ingin dikembangkan adalah bagaimana energi yang dihasilkan oleh sel surya di rumah-rumah dapat terkumpul dengan sistem "on grade" PT PLN (Persero), dan pada malam hari rumah tangga dapat membelinya kembali. s

“Cara ini untuk menghindari mahalnya penyimpanan dengan sistem off grade mengingat setiap sel surya harus tersedia baterei untuk menyimpan energi,” tegas Nasir seperti dikutip Antara.

Litbang ketiga yang akan dilakukan, menurut Nasir, adalah pengembangan pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang rencananya akan dikembangkan bersama Belanda di Adonara, NTT, dan dengan Jerman di Maluku."Kami akan lakukan riset bersama di sana, jika teknologinya sudah dapat dikembangkan sendiri maka nanti bersama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi--red) kita coba terapkan. Kita coba produksi turbinnya," ujar Nasir.

Harapan terbesar dengan semakin didorongnya litbang teknologi EBT ini, menurut dia, meningkatnya angka TKDN komponen pembangkit listriknya. Sejauh ini TKDN untuk PLTPB sudah mencapai angka 64,5 persen, dan persentase ini akan terus ditingkatkan melalui kegiatan litbang.

KEYWORD :

Energi Terbarukan Kemenristekdikti Bauran energi nasional




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :