Berdasarkan Laporan Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara.
Komitmen kuat ini sebagai upaya mencapai target penurunan prevalensi perokok anak sesuai amanat RPJMN 2020-2024 dan mewujudkan Kota Layak Anak Paripurna.
Keberhasilan kerjasama lintas sektoral ini terlihat pada keberhasilan Kabupaten Malang menurunkan prevalensi stunting menjadi 10,9 persen pada Februari 2021
Jawa Timur menjadi salah satu wilayah dengan jumlah populasi sapi yang tinggi, sehingga tingginya prosentase prevalensi Brucellosis menjadi salah satu permasalahan PHMS yang perlu segera di tangani, salah satunya dengan vaksinasi
Pelatihan Pembaharu Muda difasilitasi Yayasan Lentera Anak sejak 2016, bertujuan menciptakan pemimpin muda yang peduli, berkomitmen dan berperan bersama organisasi dan komunitasnya untuk mendukung penurunan prevalensi perokok di Indonesia
Survei Status Gizi Indonesia tahun 2019 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi Barat prevalensi stuntingnya masih diatas 40 persen, tertinggi di Indonesia.
Selain prevalensi stunting, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut terdapat dua tantangan lainnya yakni peningkatan kasus penyakit degeneratif seperti stroke, jantung, kanker, dan diabetes, serta tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia.
Peran bidan yang berada di wilayah dengan prevalensi stuntingnya tinggi, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Barat (Sulbar) jauh lebih besar.
Balita atau Baduta yang akan dievaluasi sebagai balita stunting dan tidak stunting di pertahanan tahun 2024 adalah mereka yang lahir di pertengahan Juli 2019 sampai yang lahir di akhir Juli tahun 2024.
Inovasi revolusioner yang masif, serentak, dan cepat sangat diperlukan dalam menurunkan angka prevalensi stunting hingga 14 persen.