Senin, 20/05/2024 08:29 WIB

SEAQIL Minta Asean Prioritaskan Pendidikan Bahasa Inggris

Penguasaan bahasa asing kini menjadi konsekuensi globalisasi yang semakin pesat. Ini dialami berbagai negara termasuk negara-negara Asia Tenggara (Asian).

Ilustrasi belajar mengajar di kelas (foto: Google)

Jakarta, Jurnas.com - Penguasaan bahasa asing kini menjadi konsekuensi globalisasi yang semakin pesat. Ini dialami berbagai negara termasuk negara-negara Asia Tenggara (Asian).

Menyikapi hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) bersama Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Quality Improvement for Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL) menggelar seminar regional bertajuk `Language Policy and Language Education` secara daring pada 8-9 Desember 2020.

SEAQIL merupakan kerja sama negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam bidang bahasa dan berkantor di Indonesia. Pada penyelanggaraan seminar ini ditemukan bahwa negara-negara Asean tetap memprioritaskan bahasa Inggris sebagai bahasa asing utama yang harus dikuasai siswa agar mampu bersaing di tingkat dunia.

Karena itu, Direktur SEAQIL Luh Anik Mayani meyakini paparan para ahli dapat memperdalam pemahaman ASEAN tentang formulasi paling tepat untuk merancang kebijakan pendidikan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris.

"Kebijakan pendidikan bahasa yang baik adalah kunci keberhasilan pendidikan nasional. Sebab, bahasa adalah medium pembelajaran. Semoga diskusi ini bermanfaat untuk kita karena tiap negara butuh pertimbangan matang dalam merancang pendidikan bahasa," kata Anik dalam keterangannya pada Jumat (11/12) kemarin.

Guru Ahli Bahasa Inggris dari English Language Institute of Singapore, Elaine Yeo, mengakui Bahasa Inggris amat vital bagi kemajuan Singapura.

"Kemampuan berbahasa Inggris sangat penting dalam dunia yang makin kompetitif. Kami mempersiapkan betul anak-anak kami. Ini karena pertumbuhan ekonomi yang knowledge-based dan industri jasa global makin berkembang," tutur Elaine.

Oleh karena itu, lanjut Elaine, Singapura menggunakan bahasa Inggris untuk pembelajaran di sekolah dan merupakan mata pelajaran wajib di jenjang dasar dan menengah.

Elaine mengatakan, di Singapura terdapat empat bahasa utama yang digunakan masyarakat. Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, bahasa Inggris sebagai lingua franca yang dominan.

"Bahasa Mandarin yang digunakan warga Singapura keturunan China, dan bahasa Tamil yang digunakan warga Singapura keturunan India," jelas Elaine.

Senada dengan itu, Asisten Profesor dan Wakil Dekan Fakultas Humaniora dan Ilmu Sosial, Universitas Chulalongkorn University, Thailand, Nirada Chitraka mengatakan bahwa warga Thailand menggunakan bahasa Thailand sebagai bahasa nasional.

Namun, seperti halnya Singapura, beberapa bahasa lain juga dikenal di Thailand, seperti bahasa Tochew (lazim dipakai generasi tua Cina Thailand), Bahasa Hindi/ Punjabi (generasi tua India Thailand), dan Bahasa Jawi (Jawa, Muslim Thailand Selatan).

"Selain itu, ada 14 bahasa minoritas yang terancam punah. Dapat dikatakan ini dampak pemakaian bahasa nasional juga," tutur Nirada.

Masih seperti Singapura, Thailand memberlakukan pengajaran bilingual pada para peserta didik, yaitu Bahasa Thailand sebagai bahasa nasional dan Bahasa Inggris.

"Pengajaran Bahasa Thailand Standar adalah mata pelajaran wajib jenjang dasar dan menengah. Kami menekankan keterampilan berkomunikasi, linguistik, dan sastra bagi anak-anak," kata Nirada.

KEYWORD :

SEAQIL Kemdikbud Bahasa Inggris




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :