Minggu, 28/04/2024 04:54 WIB

Petani dan Penyuluh Banjarnegara Sulap Salak Jadi Minuman Bernilai Tinggi

Salak bisa meningkatkan nilai ekonomis salak dengan jika diolah menjadi minuman segar.

Olahan salak. (Foto: BPPSDMP)

Banjarnegara, Jurnas.com - Para petani dan penyuluh di Kabupaten Banjarnegara sedang giat maksimalkan potensi buah lokal, yaitu salak. Bahkan, mampu meningkatkan nilai ekonomis salak dengan mengolahnya menjadi minuman segar.

Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, merupakan salah satu desa sentra penghasil Salak. Sebagian besar penduduknya berpengasilan dari bertani yaitu budidaya salak.

Hampir satu sepertiga wilayah adalah kebun salak. Para petani sendiri sebenarnya cukup terdampak dengan pandemi COVID-19. Karena, harga salak turun di pasaran.

Kendati begitu, hal ini tidak serta-merta membuat petani putus asa. Mereka justru mendapatkan solusi seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Prigi, yaitu KWT Sekar Wangi.

Mereka menyiasati harga yang turun ini dengan menyulap buah salak yang harganya sangat murah dengan merubah menjadi aneka olahan makanan, salah satunya adalah minuman segar salak.

"Disaat harga buah salak jatuh, kami mencoba inovasi dibidang pengolahan dengan bimbingan dari penyuluh pendamping didesa kami. Produk olahan yang dibuat, disamping cara pembuatannya mudah, bisa juga dilakukan semua anggota di kelompok kami," kata Ketua KWT Sekar Wangi, Lisyanti.

Lisyanti memaparkan, cara pembuatan minuman segar salak sangat mudah dan sederhana. Bahan dasarnya hanya salak segar, gula pasir, air dan garam.

Dengan perbandingan 3 kg salak, 1 kg gula dan 5 liter air, potong salak yang sudah dikupas dan dibersihkan, sementara didihkan air, gula dan sedikit garam, masukkan salak yang sudah di potong-potong dan dinginkan.

Untuk minuman segar yang akan dijual setelah mendidih langsung di masukkan ke cup dan packing, tapi bila akan dikonsumsi bisa langsung didinginkan dan masukkan kulkas.

"KWT Sekar Wangi sudah mampu menjual dengan harga 1 cup 2000-2500 rupiah. Hal ini lebih menguntungkan dibandingkan salak yang hanya dijual dalam bentuk buah segar saja," Yekti Nunihartini, penyuluh pertanian di Desa Prigi.

"Kami sebagai penyuluh hanya bisa memotivasi kepada mereka untuk tetap semangat berproduksi dan terus berinovasi agar disaat pendemi COVID-19 ini mereka tidak terlalu putus asa dan tetap bisa mencukupi kebutuhan keluarga mereka," sambungnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan pertanian tidak boleh berhenti dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Menurutnya, pertanian harus memenuhi kebutuhan pangan nasional serta meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia agar lebih baik.

"Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pertanian harus terus berlangsung meski dalam pandemi COVID-19," kata Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengapresiasi penyuluh yang terus semangat mendorong dan mengawal petaninya untuk maju dan berinovasi.

"Masalah pangan adalah masalah hidup matinya suatu bangsa. Sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dan olahannya," ujarnya.

"Banyak yang bisa dikerjakan untuk menaikkan nilai pertanian, khususnya pasca panen. Tuntutannya adalah petani harus berinovasi. Buat terobosan agar hadir produk-produk baru," tambahnya.

KEYWORD :

Petani Banjarnegara Penyuluh Banjarnegara Buah Salak Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :